China dan India Berlomba Membangun Infrastruktur di Perbatasan Sengketa

Internasional457 views

Inionline.id – India dan China masing-masing membangun infrastruktur di sepanjang perbatasan Himalaya yang menjadi sengketa.

Sebuah jalan baru menuju pangkalan militer India yang terletak di sebuah dataran tinggi disebut menjadi salah satu pemicu utama bentrokan antar pasukan India dan China bulan lalu, yang menewaskan sedikitnya 20 tentara India.

Jalan Darbuk-Shyok-Daulat Beg Oldi (DSDBO) sepanjang 255 km – yang berliku melewati gunung dan menjadi landasan udara tertinggi di dunia – terletak pada ketinggian lebih dari 5.000 m di atas permukaan laut di wilayah Ladakh.

Jalan itu selesai tahun lalu setelah dikerjakan selama hampir dua dekade.

Penyelesaiannya dapat membantu India menggerakkan pasukan dan logistik yang diperlukan dengan cepat jika terjadi sebuah konflik.

Bentrokan 15 Juni lalu, di Lembah Galwan di Ladakh, memunculkan kekhawatiran bahwa ketegangan antara kedua kekuatan nuklir itu bisa meningkat.

India dan China tidak pernah menyetujui posisi pasti dari perbatasan 3.500 km itu, dan pasukan mereka – dua pasukan terbesar di dunia – berhadapan muka secara langsung di banyak titik di sepanjang medan yang menantang itu.

Disputed China-India border mapBBC

Baik India dan China telah mencurahkan uang dan tenaga untuk membangun jalan, jalur kereta api, dan lapangan udara di sepanjang Garis Kendali Aktual (LAC) – batas de facto yang memisahkan mereka – serta memperbarui perangkat militer mereka di wilayah tersebut.

Pekerjaan pembangunan India baru-baru ini, termasuk jalan DSDBO, tampaknya telah membuat geram China – tetapi China telah sibuk membangun di sepanjang perbatasan selama bertahun-tahun.

Kedua belah pihak cenderung memandang upaya konstruksi pihak lain sebagai langkah yang diperhitungkan untuk mendapatkan keuntungan taktis, dan ketegangan memanas ketika salah satu negara itu mengumumkan proyek besar.

Pada musim panas 2017, dua negara itu terlibat perselisihan di dataran tinggi Doklam, jauh di sebelah timur Ladakh.

Konfrontasi itu juga menyangkut pembangunan – saat itu China berusaha untuk memperluas jalan perbatasan di dekat persimpangan antara India, China dan Bhutan.

India mengejar ketinggalan

Penyelesaian jalan DSDBO, yang menghubungkan lapangan terbang Daulat Beg Oldi – yang digunakan kembali pada 2008 – ke ibu kota regional Leh, telah membantu mobilitas India dalam memindahkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan dengan cepat.

Jalan, yang dapat dilintasi dalam segala cuaca itu, terletak sekitar 20 km dari Karakoram Pass dan membentang paralel ke LAC di Ladakh timur.

India telah lama menempatkan pasukan di Daulat Beg Oldi, tetapi, sebelum pengaktifan kembali landasan terbang dan penyelesaian pembangunan jalan jalan, pasukan di sana hanya bisa mendapatkan pasokan melalui helikopter.

Jalan dan jembatan tambahan sekarang sedang dibangun untuk menghubungkannya dengan basis-basis pasokan darat dan pos-pos perbatasan di LAC, hal yang memungkinkan India untuk melangkah lebih jauh ke depan dan mengubah dinamika taktis di daerah tersebut.

Plane at mountain airstrip Daulat Beg OldiIndia telah mendaratkan pesawat di pangkalan udara tertinggi di dunia, Daulat Beg Oldi

Meskipun terjadi bentrokan baru-baru ini, India mengisyaratkan bahwa mereka akan terus membangun infrastrukturnya.

India kini tengah memindahkan 12.000 pekerja dari negara bagian Jharkhand di timur untuk membangun jalan di sepanjang perbatasan di Ladakh, Himachal Pradesh, dan Uttarakhand, semua wilayah yang berbatasan dengan China.

Setelah bertahun-tahun membiarkan infrastrukturnya telantar, India kini berusaha mengembangkan wilayah perbatasannya untuk menetralisir keunggulan logistik China.

India telah memulai program pembangunan jalan dan kereta api yang luas di wilayah tersebut.

Pembangunan 73 jalan strategis dan 125 jembatan di LAC yang menjadi bagian India sudah disetujui.

Tapi kemajuannya lambat. Sejauh ini hanya 35 jalan yang telah diselesaikan – jalan-jalan utama di antaranya adalah Ghatibagarh-Lipulekh di negara bagian Uttarakhand dan Damping-Yangtze di Arunachal Pradesh.

Sebanyak 11 jalan lainnya dijadwalkan akan dibangun pada akhir tahun ini.

Delhi juga telah menyetujui pembangunan sembilan jalur kereta api “strategis” – termasuk di bagian Missamari-Tenga-Tawang dan Bilaspur-Mandi-Manali-Leh.

Jalur ini akan di bangun di sepanjang perbatasan dengan China dan akan memungkinkan militer India untuk membawa sejumlah peralatan militer.

Military personnel on China-India borderIndia mempercepat pembangunan jalan di sepanjang perbatasannya dengan China.

Dalam hal fasilitas penerbangan, India memiliki sekitar 25 lapangan terbang di sepanjang LAC tetapi fokusnya baru-baru ini adalah memperluas jaringan Advanced Landing Grounds (ALGs).

Pada tahun 2018, India mengumumkan bahwa mereka akan memodernisasi delapan ALG yang ada dan juga mengembangkan tujuh ALG baru yang dekat dengan perbatasan.

Jet tempur canggih Sukhoi-30 dan helikopter Chetak dikerahkan di Chabua – pangkalan utama Angkatan Udara India yang terletak di negara bagian Assam, di sepanjang bagian timur perbatasan dengan China. Pangkalan itu baru saja direnovasi dan dimodernisasi.

Meskipun pengerjaan lebih intensif dalam beberapa tahun terakhir, upaya pembangunan India terus terhambat oleh medan yang berat, masalah pembebasan lahan, keterlambatan birokrasi, dan kendala anggaran.

Dan banyak yang harus dilakukan.

Keunggulan China

China telah menggunakan kemampuan konstruksinya yang terkenal untuk membangun jaringan pangkalan udara, barak dan infrastruktur fisik lainnya di sepanjang perbatasan dalam beberapa tahun terakhir.

Beijing mulai membangun jalan di wilayah Himalaya pada awal 1950-an, dan sekarang memiliki jaringan jalan dan kereta api yang luas di Tibet dan Provinsi Yunnan.

Key infrastructure along India-China borderBBC

Sejak 2016, China telah berusaha unggul dengan meningkatkan konektivitas ke daerah-daerah dekat perbatasannya dengan India, Bhutan dan Nepal.

China sedang berupaya menghubungkan Jalan Xinjiang-Tibet yang lama ke Jalan Raya Nasional G219, yang membentang di hampir seluruh perbatasan China-India.

Jalan antara Medog dan Zayu di dekat negara bagian Arunachal Pradesh di India – yang diklaim China – akan selesai pada akhir tahun ini.

Ada juga jalur kereta baru yang sedang dibangun yang menghubungkan Shigatse – kota terbesar kedua di Tibet – ke Chengdu melalui Nyingchi, dekat dengan perbatasan India.

Jalur kereta api lainnya direncanakan dibangun antara Shigatse dan Yadong, pusat perdagangan di sebelah Sikkim, negara bagian Himalaya di timur laut India, tempat pertempuran terjadi antara pasukan India dan China pada awal Mei lalu.

Rain line in Tibet

China telah membangun jalur kereta api berkecepatan tinggi di Tibet meskipun medannya sulit (Getty Images)

China memiliki sekitar selusin lapangan terbang yang menghadap ke India, dengan lima di antaranya, yakni di Tibet, dapat digunakan untuk keperluan sipil dan militer.

China sedang membangun tiga bandara baru di sana dan mengembangkan fasilitas baru di bandara Shigatse, Ngari Gunsa, dan Gonggar di Lhasa dengan membangun tempat selter bawah tanah dan landasan pacu baru.

Baterai misil darat ke udara (Surface-to-air missile) dan jet tempur canggih dilaporkan telah dikerahkan di lapangan terbang Ngari Gunsa, yang terletak 4.274 m di atas permukaan laut, sekitar 200 km dari Danau Pangong.

Dalam hal kekuatan udara, para pakar militer mengatakan India memiliki keunggulan relatif, karena pangkalan-pangkalan China umumnya lebih jauh dari LAC dan pada ketinggian yang lebih tinggi, di mana udara yang lebih tipis, yang berarti jet dapat membawa lebih sedikit bahan bakar dan muatan.

Kecurigaan terhadap pembangunan infrastruktur di perbatasan

Perbaikan infrastruktur di kedua sisi ini dirancang dengan satu tujuan utama – untuk memungkinkan pergerakan pasukan dan peralatan militer yang cepat ke perbatasan jika terjadi konflik.

“Ketika proyek-proyek infrastruktur ambisius ini akhirnya selesai, sejumlah besar pasukan India akan dapat bergerak lebih bebas di titik-titik kritis tertentu tanpa takut dilumpuhkan atau terhalang secara fisik,” kata sebuah studi tahun 2019 oleh Centre for a New American Security.

India telah lama menahan diri untuk melakukan pembangunan masif karena negara itu percaya peningkatan infrastruktur di sisi perbatasannya akan memfasilitasi gerakan China di dalam wilayah India jika terjadi konflik.

Tapi kini, India tampak menjauh dari alasan itu.

Kedua negara hanya pernah bertempur satu kali, yakni pada tahun 1962, dan hasilnya India menderita kekalahan yang memalukan.

Rajeswari Pillai, peneliti di Observer Research Foundation, menggambarkan pembangunan infrastruktur India sebagai “respons defensif karena infrastruktur China dilihat sebagai ancaman, karena pembangunan itu dapat memungkinkan tentara China terlibat dalam operasi serangan dan memungkinkannya untuk dengan cepat memusatkan pasukan di setiap titik di mana ada perselisihan “.

“Infrastruktur India yang buruk berarti ia selalu mengalami kesulitan dalam mempertahankan diri dari pelanggaran batas oleh China,” kata Pillai.

China membantah telah melanggar batas, seperti halnya India ketika dituduh melanggar garis itu. Sejumlah pembicaraan dalam tiga dekade terakhir telah gagal menyelesaikan perselisihan perbatasan itu.

Sementara itu, media pemerintah China telah menyorot seberapa cepat pasukan militer mereka dapat bergerak dalam sebuah latihan baru-baru ini di dekat perbatasan India, ketika mereka menggunakan jaringan transportasi China yang efisien.

“Skala dan waktu singkat yang diperlukan untuk melakukan mobilisasi menunjukkan tentara China memiliki kemampuan untuk memproyeksikan kekuatannya di mana saja di China dengan sangat cepat dan mengirim barang-barang kebutuhan ke lokasi-lokasi terpencil, termasuk yang ada di lokasi tinggi,” kata seorang veteran tentara China yang tidak disebutkan namanya kepada Global Times.

Ketika sejumlah jalan baru, jalur kereta api dan jembatan dibangun di kedua sisi perbatasan, ada banyak ruang untuk lebih banyak pertempuran antara pasukan India dan China di masa depan.