Salah Satu Alasan Pemasaran Apartemen Lebih Sulit Dibandingkan Rumah Tapak

Inionline.id – Berbagai strategi terus dilakukan kalangan pengembang untuk tetap bisa memasarkan proyeknya di tengah situasi bisnis properti lesu sejak beberapa tahun lalu. Ditambah dengan adanya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada awal tahun ini. Salah satu produk properti yang pemasarannya lebih sulit adalah unit apartemen.

Ada beberapa hal yang membuat pemasaran produk apartemen menjadi lebih sulit, khususnya bila dibandingkan dengan memasarkan produk rumah tapak. Menurut Alvin Alexander, Managing Partner Residential Group Coldwell Banker Inndonesia (CBI), sebuah perusahaan manajemen dan riset properti, memasarkan unit apartemen lebih sulit karena penyerapan atau absorb pasar dari surrounding sangat rendah.

“Misalnya developer mengembangkan seribu unit apartemen, itu artinya absorb yang diharapkan harus ada seribu dari surrounding pengembangan proyeknya. Pada kenyataannya pasar tidak sebanyak itu sehingga pemasarannya harus lebih luas di luar area surrounding proyeknya dan itu pastinya lebih lama,” ujarnya.

Namanya produk properti, biasanya akan terserap juga namun pasar yang lebih luas membuat pemasarannya menjadi lama. Di sisi lain, pengembang menginginkan produknya terjual cepat supaya dananya bisa segera berputar untuk pengembangan proyek yang lain lagi. Ditambah situasi market yang lebih pemilih (picky) sehingga akhirnya periode penjualan produk menjadi semakin lama dan menyulitkan pengembang.

Jakarta atau secara umum wilayah Jabodetabek juga kerap disebut terlalu banyak dipasarkan unit apartemen. Alvin tidak sependapat karena kenyataannya kebutuhan hunian kita khususnya di wilayah perkotaan sangat besar dan kenyataan bahwa rasio apartemen dibandingkan populasi penduduk masih sangat jauh porsinya.

Manakah jenis properti yang cocok untuk kamu, Rumah atau Apartemen? Temukan jawabannya di video berikut ini, yuk!

Tinggal kalangan pengembang mengonsep produknya dengan lokasi, fasilitas, hingga segmen pricing yang tepat sehingga produknya bisa diserap. Kendala lainnya, secara umum apartemen dianggap kurang menarik karena pasar masih membandingkannya dengan produk rumah tapak. Konsep memang berbeda dan tidak bisa dibandingkan secara apple to apple.

“Akhirnya yang dilakukan oleh pengembang juga serba pragmatis, mereka switching dari mengembangkan apartemen ke rumah tapak yang secara risiko memang lebih rendah. Mengembangkan rumah tapak risiko bisnisnya bisa lebih terukur, selain bisa membangun yang sudah terjual. Sementara apartemen, begitu sudah dipasarkan berapapun yang terjual harus dibangun seluruhnya. Apartemen sesungguhnya lebih menguntungkan tapi secara risiko lebih besar, makanya pengembangan rumah tapak lebih dipilih untuk memitigasi risiko itu setidaknya untuk sementara saat situasi seperti ini,” bebernya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *