Hasil Survei: 54 Persen Generasi Milenial Belum Miliki Properti

Inionline.id – Hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2020 menemukan bahwa 54 persen generasi milenial saat ini belum memiliki properti, dan 29 persen dari generasi milenial masih hidup dengan orangtua. Rumah.com Consumer Sentiment Study ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura.

Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1.000 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Juli hingga Desember 2019.

Hasil survei ini juga mencatat bahwa generasi milenial berharap bisa membeli rumah di wilayah DKI Jakarta atau Tangerang. Dengan budget sebagian besar 79 persen di angka maksimal Rp790 juta, realitanya akan sulit bagi mereka untuk bisa membeli rumah di DKI Jakarta yang harganya mulai dari Rp800 juta. Padahal, sebagian besar (40 persen) mereka berharap akan membeli rumah dalam 1-2 tahun ke depan.

Sebanyak 75 persen dari generasi milenial memiliki persepsi bahwa bunga bank tinggi walaupun kenyataannya bunga bank tidak naik dalam 1 tahun terakhir bahkan cenderung turun. Hal lain yang juga menarik adalah 29 persen generasi milenial cenderung memilih bank syariah dengan alasan karena bunga bank konvensional terlalu tinggi. Kenyataannya, KPR syariah secara efektif dapat membuat biaya menjadi lebih tinggi.

Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan mengatakan, adanya anggapan dari generasi milenial bahwa bunga bank tinggi memang masih menjadi kendala bagi para first time buyer yang ingin membeli rumah. Adanya stimulus perumahan dari pemerintah yang akan segera dikucurkan berupa subsidi selisih bunga (SSB) dan subsidi bantuan uang muka (SBUM) diharapkan bisa memacu calon pembeli rumah khususnya generasi milenial untuk segera melakukan transaksi pembelian rumah.

“Selagi musim virus corona seperti sekarang ini yang membuat banyak wisatawan mengurungkan perjalanannya, generasi milenial yang biasanya suka jalan-jalan traveling ke berbagai tempat di Indonesia maupun penjuru dunia, bisa memanfaatkan anggaran traveling-nya tersebut dialihkan untuk membeli rumah. Apalagi secara keseluruhan, pasar properti di tahun 2020 akan terus menjadi buyers’ market atau saat yang tepat bagi konsumen untuk membeli properti,” jelas Ike dikutip keterangannya di Jakarta, Rabu (11/3).

Hal ini juga didukung dengan kebijakan Bank Indonesia terbaru yang berpotensi memiliki dampak pada pasar properti nasional, Bank Indonesia kembali melakukan penurunan BI 7-day (Reverse) Repo Rate menjadi 4,75 persen pada 20 Februari 2020 dari sebelumnya 5 persen pada 24 Oktober 2019. Namun penurunan BI7DRR ini masih membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah, karena tidak semua bank telah mematuhi kebijakan dan menurunkan suku bunga mereka.

Ike menegaskan bahwa kebijakan ini akan memiliki dampak yang lebih signifikan jika pemerintah menerapkan mekanisme yang dapat memastikan secara lebih ketat bahwa BI 7-day (Reverse) Repo Rate dipatuhi dan dilaksanakan oleh perbankan di Indonesia. Selain itu upaya pemerintah memberikan stimulus pertumbuhan ekonomi melalui sektor perumahan dipercaya tidak hanya mendongkrak sektor properti tetapi sektor industri lainnya karena akan memiliki dampak turunan terhadap lebih dari 150 industri terkait.

Virus Corona

Selain itu, penyebaran virus Corona diprediksi bakal mempengaruhi perekonomian sampai investasi di Tanah Air. Industri yang paling banyak merasakan dampak virus corona adalah pariwisata karena wisatawan banyak membatalkan rencana kunjungannya agar tidak terpapar virus Corona.

Ike Hamdan menyatakan, pemerintah telah menyepakati beberapa stimulus ekonomi dimana di sektor perumahan pemerintah telah menganggarkan Rp1,5 triliun untuk subsidi terkait kepemilikan rumah dalam APBN 2020. Subsidi ini akan direalisasikan pada April mendatang dengan alokasi Rp 800 miliar untuk subsidi selisih bunga (SSB) dan Rp 700 miliar untuk subsidi bantuan uang muka (SBUM).

“Konsumen yang menerima subsidi selisih bunga hanya akan menanggung bunga 5 persen selama 10 tahun. Sementara subsidi uang muka, akan membuat konsumen lebih ringan ketika membayar uang muka pembelian rumah. Kebijakan subsidi tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap sektor properti, termasuk membuka peluang bagi generasi milenial yang akan membeli rumah,” jelas Ike.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *