Netflix Semakin Keteteran Menghadapi Para Pesaing

Iptek057 views

Inionline.id – Jika di Indonesia, Netflix masih menghadapi pembatasan akses oleh Telkom Group, di pasar domestik, penguasa layanan video streaming itu, juga semakin ketetaran dalam menghadapi agresifitas para pesaing.

Dalam laporan terbaru, Netflix mencatat pertumbuhan yang lambat dalam basis berlangganannya di AS pada kuartal terakhir 2019. Perusahaan saat ini menghadapi persaingan domestik yang meningkat dari pendatang baru, Disney+ dan Apple TV+, yang meluncurkan layanan di pasar selama periode tersebut.

Dalam laporan keuangannya, Netflix mengungkapkan hanya mampu menarik 420.000 langganan AS baru pada Q4 2019, gagal memenuhi perkiraan 600.000.

Netflix menyatakan kegagalan itu diperkirakan karena perubahan harga yang ditetapkan baru-baru ini dan “peluncuran kompetitif AS”. Namun perusahaan berjanji untuk memerangi faktor-faktor ini dengan meningkatkan layanannya.

Meski dikepung banyak pemain, Netflix menyatakan keyakinan bahawa mereka akan mampu mengimbangi meningkatnya persaingan dari Disney+ dan Apple TV+, yang diluncurkan di AS pada November 2019.

“Kami memiliki visi besar dalam layanan streaming dan akan bekerja untuk membangun itu dengan berfokus pada hal yang sama yang telah kami lakukan selama 22 tahun terakhir – menyenangkan pelanggan,” kata Netflix.

Untuk mendorong pertumbuhan, perusahaan mengkonfirmasi rencananya untuk terus menayangkan layanan dengan format mobile only.

Strategi itu dibarengi dengan terus memperluas layanan ke lebih banyak negara. Keyakinan itu didasari dengan “pertumbuhan pelanggan yang meningkat dan meningkatkan retensi” dalam layanan yang diluncurkan di Malaysia dan Indonesia pada Q4.

Di banyak negara Asia Pasifik, kehadiran Netflix tidak mengalami banyak hambatan, namun berbeda dengan Indonesia. Perusahaan yang berbasis di California itu, sejak 2016 diizinkan menggunakan jaringan milik Telkom Group, karena persoalan SARA, pornografi, dan LGBT.

Pada Desember 2019 Disney+, yang akan menjadi saingan Netflix, meraih 22 juta unduhan secara global dalam bulan pertama sejak peluncurannya. Pada 21 Januari 2020, Disney+ mengumumkan rencana untuk ekspansi ke pasar Eropa yang luas.

Secara global, Netflix menambahkan 8,8 juta langganan pembayaran baru selama Q4, melampaui perkiraannya 7,6 juta, yang dikaitkan dengan “deretan luas pemrograman asli dan adopsi streaming video di seluruh dunia”. Penambahan ini menjadikan total keanggotaan berbayar menjadi 167 juta, naik dari 139 juta pada Q4 2018.

Netflix memperkirakan langganan akan mencapai 174 juta pada kuartal saat ini.

Perusahaan mencatat kenaikan 31 persen pada tahun-ke-tahun dalam pendapatan Q4 menjadi $5,5 miliar, menjadikan total setahun penuh menjadi lebih dari $20 miliar. Penghasilan bersih melonjak, dari $134 juta pada Q4 2018 menjadi $587 juta.

Selain menghadapi Apple dan Disney, pasar mobile streming juga semakin ketat, dengan kehadiran pemain baru, yakni Quibi.

Quibi berupaya menyaingi Netflix dengan layanan mobile-only yang menampilkan video pendek yang secara mulus beralih dari potret ke lanskap.

Layanan streaming ini diluncurkan pada CES 2020 di Las Vegas oleh pendiri Jeffrey Katzenberg, mantan Chairman Walt Disney Studios, dan pendiri/CEO Dreamworks Animation. Ia didampingi Meg Whitman, CEO HP antara 2011 dan 2015. Meg diserahi jabatan sebagai kepala perusahaan baru tersebut.

Quibi akan diluncurkan pada 6 April, menawarkan biaya berlangganan $5 per bulan untuk versi iklan yang didukung dan $8 untuk opsi bebas iklan.

Whitman mengatakan alokasi iklan 2020-nya telah terjual habis, mengumpulkan $150 juta, dan perusahaan telah menyetujui kesepakatan dengan T-Mobile US untuk program bundel Quibi.

Layanan ini akan menawarkan video dan buletin berita antara empat menit dan sepuluh menit, dengan fitur ponsel pintar yang digunakan untuk membuat video menjadi interaktif, misalnya kamera, layar sentuh, dan giroskop.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *