Padi Gogo Jadi Solusi Untuk Lahan Kritis

CIBINONG – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Bioteknologi melakukan pengembangan varietas unggul padi Gogo dan singkong sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Dua varietas unggul ini dikembangkan sebagai wujud komitmen LIPI untuk menjawab isu kesejateraan petani sekaligus tantangan pasar.
“Riset bioteknologi pertanian di Pusat Bioteknologi LIPI terus didorong untuk mengembangkan dan menghasilkan produk riset yang nantinya benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiyanti, disela media Visit dalam rangka Hari Tani Nasional, Selasa (24/9).

 

Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Sri Mulyaningsih mengungkapkan varietas unggul padi gogo yang dikembangkan LIPI saat ini adalah Inpago LIPI Gol, Inpago LIPI Go2, dan Inpago LIPI Go4. ketiga padi tersebut dirancang untuk adaptif terhadap lahat kritis berkadar aluminium tinggi, serta tanah asam dengan pH 3,2. “Di Indonesia ada kurang lebih 91 juta hektare lahan pertanian yang kondisinya seperti itu,” kata dia.

Enung-sapaaanya, menambahkan, jika ditanam secara masif, produksi padi Gogo akan mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional. Hasil ujicoba varietas ini juga menunjukan hasil yang signifikan. “Keunggulan lain dari varietas ini adalah siap dipanen pada umur 110-113 hari setelah tanam dengan produsi padi varietas Inpago Go1 mencapai 8,18 ton/ha, dan Inpago Go2 8,15 ton/ha,” katanya.

Varietas padi Gogo juga sudah diujicobakan pada lahan kritis bekas perkebunan karet dengan produksi mampu menghasilkan 4,15 ton/ha. “Kami mendorong agar petani memanfaatkan lahan kritis dengan varietas padi Gogo, dan tentu juga perlu keterlibatan semua pihak termasuk pemerintah daerah,” katanya.

Sementara untuk pengembangan varietas unggul singkong, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memperkenalkan varietas unggul carvita 25. Varietas ini memiliki keunggulan kandungan Beta karoten tinggi yang kaya vitamin A, serta tidak mengandung gluten sehingga aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki alergi gluten.

Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Ahmad Fathoni mengatakan, selain mengembangkan bibit singkong unggul, pihaknya juga mengembangkan teknologi proses pengolahan ubi kayu menjadi mocaf kaya Beta karoten. “produk mocaf kaya Beta karoten yang dihasilkan dari ubi kayu unggul LIPI memiliki kualitasyang telah terbukti lebih baik dari sebagian mocaf yang ada di pasara,” ujarnya.

Saat ini alih teknologi telah dilakukan melalui UKM Sari Kumetap, Subang dan UKM Mekarsari, Boyolali sebagai binaan LIPI. “Kami berharap dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi singkong serta meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha seperti petani, pengolah hingga pelaku industri,” katanya.

Fathoni juga menunjukan sejumlah varietas unggul tanaman ubi kayu yang saat ini masih tahap penelitian di laboratorium LIPI. “Sebagian hasil riset saya saat studi S3 di Inggris,” imbuhnya.

ia merasa yakin tanaman ubi kayu sangat bisa diandalkan untuk ketahanan pangan nasional. “Kami mendorong agar pemanfaatannya untuk pangan bukan hanya pakan,” pungkasnya (*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *