Pengakuan Mengejutkan Pelaku Penganiayaan Terhadap Siswi SMP Di Pontianak

Inionline.id – Akibat pengeroyokan yang dilakukan sejumlah pelajar SMA di Pontianak, Kalimantan Barat,  ABZ (15) yang masih duduk di kelas VIII SMP itu kini mengalami trauma dan depresi. Untuk itu remaja ini terus mendapat pendampingan seorang psikolog untuk membantu penyembuhannya.

“Kondisinya sudah agak lumayan, cuma masih trauma sedikit. Trauma psikis ya. Agak takut,” kata ayah korban.

Sebelumnya dikabarkan, bahwa ada 12 siswi SMA yang melakukan pengeroyokan terhadap ABZ. Namun, belakangan hal ini dibantah oleh ketujuh  pelaku lewat konfrensi pers yang dilakukan, Kamis, 11 April kemarin. Bukan pengeroyokan, melainkan perkelahian.

“Memang benar kami melakukan perkelahian, tapi tidak ada pengeroyokan, apalagi sampai 12 orang mengeroyok satu. Juga tidak mencolok ke organ vital,” kata salah satu pelajar lainnya.

Sementara itu, dari tujuh pelaku, penyidik Polresta Pontianak telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Masing-masing berinisial FZ, TP, dan NN.

Berikut deretan pengakuan para pelaku penganiayaan terhadap pelajar SMP di Pontianak ABZ:

Maaf dan menyesal. Itulah yang diungkapkan ketujuh siswi SMA yang kini telah diamankan jajaran Polresta Pontianak. Ketujuh remaja putri ini diduga telah melakukan penganiayaan terhadap korban ABZ (15).

“Saya meminta maaf atas perlakuan saya terhadap ABZ, saya menyesali kelakuan saya ini,” ungkap salah satu tersangka dengan terisak, di hadapan awak media.

Namun, mereka menampik bahwa pada saat kejadian di dua lokasi telah terjadi pengeroyokan. Menurut mereka yang terjadi pada Jumat, 29 Maret 2019 lalu adalah perkelahian.

“Memang benar kami melakukan perkelahian, tapi tidak ada pengeroyokan, apalagi sampai 12 orang mengeroyok satu. Juga tidak mencolok ke organ vital,” kata salah satu pelajar lainnya.

Sementara itu, ketiga tersangka dan teman-temannya juga mengaku turut menjadi korban atas tuduhan penganiayaan yang keliru dari berbagai pihak.

“Saya dituduh sebagai pelaku, padahal saya tidak di lokasi. Bagaimana media mengatakan saya sebagai provokator,” kata siswi tersebut.

Ketujuh siswi ini mengaku mendapat intimidasi dan ancaman lewat di media sosial. Atas dasar ini pula, mereka mengaku juga sebagai korban.

“Kami juga menjadi korban,” kata salah satu pelajar.

Selain itu, mereka juga menampik tuduhan soal terjadinya kekerasan seksual terhadap korban. Hal ini sejalan dengan hasil visum yang telah diterima polisi dari rumah sakit tempat korban jalani perawatan.

Untuk meluruskan pemberitaan yang simpang siur, polisi mengungkap fakta sebenarnya. Dari hasil visum, ABZ tidak mengalami kekerasan secara seksual dalam aksi pengeroyokan tersebut.

“Hasil visumnya sudah keluar, tidak seperti yang viral di luar. Artinya, di area kewanitaan korban itu tidak ada yang aneh, normal, tidak ada luka,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Kalimantan Barat AKBP Donny Charles Go.

Sebelumnya, dalam pemberitaan yang sempat viral di media sosial disebutkan bahwa ABZ mengalami kekerasan seksual. Salah satu pelaku dikabarkan secara sengaja menusuk kemaluan korban menggunakan jari.

Seperti diketahui polisi telah menetapkan tiga tersangka atas kasus penganiayaan terhadap siswi SMP berinisial ABZ. Dari hasil pemeriksaan kepada para pelaku, terungkap motif aksi kekerasan tersebut.

Menurut keterangan salah satu tersangka, dia mengaku sakit hati karena korban kerap mengungkit-ungkit persoalan piutang yang pernah dilakukan oleh almarhumah ibu tersangka.

“Dia suka bilang bahwa mama saya suka pinjam uang,” kata salah satu tersangka.

Saat itu, dia mengaku tidak bisa mengontrol emosi.

“Kalau ABZ tidak membuat omongan seperti ini, saya juga tidak akan melakukan hal ini. Saya kesal sampai saya tidak bisa mengontrol emosi,” lanjutnya.

Motif kedua terkait sindiran di media sosial oleh ABZ dan sepupunya yang dialamatkan kepada salah satu tersangka. Menurut tersangka, ia ingin menyelesaikan masalah tersebut, dengan jalan melakukan pertemuan pada hari kejadian.

Semula mereka berjanji bertemu pada malam hari. Namun, atas permintaan ABZ dan sepupunya, mereka akan bertemu pada siang hari.

Kemudian, ada tudingan bahwa mereka yang berinisiatif menjemput ABZ. Tuduhan ini ditampik oleh tersangka, dengan menyebut bahwa ABZ lah yang minta dijemput.

Merasa turut menjadi korban, di sisi lain mereka mengakui adanya perkelahian yang sempat diberitakan. Hanya saja, mereka menampik tuduhan terjadinya pengeroyokan maupun kekerasan seksual terhadap korban.

Mereka membantah tuduhan penganiayaan terhadap ABZ. Menurut mereka, yang terjadi bukanlah pengeroyokan, melainkan perkelahian.

“Memang benar kami melakukan perkelahian, tapi tidak ada pengeroyokan, apalagi sampai 12 orang mengeroyok satu. Juga tidak mencolok ke organ vital,” kata pelajar lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *