Tsunami Hantam Selat Sunda, Puluhan Tewas dan Ratusan Luka-Luka

Headline, Nasional357 views

Inionline.Id – Gelombang tsunami yang menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang terjadi pada Sabtu 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.40 WIB.

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana  (BNPB), korban tewas akibat tsunami di area Selat Sunda tersebut sudah puluhan orang meninggal dan ratusan orang mengalami luka-luka.

“Data sementara hingga 23/12/2018 pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang, dan puluhan bangunan rusak” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pada Minggu dinihari.

Di Pandeglang, daerah yang terdampak yaitu Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur (Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita). Korban di Pandeglang  14 Orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka. Sedangkan kerusakan yang ditimbulkan ialah 43 Rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat dan puluhan kendaraan rusak.

Lalu di Serang, daerah terdampak terdapat di Cinangka. 3 Orang meninggal dunia, 4 orang luka, 2 orang hilang. Sedangkan belum dilaporkan terjadinya kerusakan di daerah tersebut.

Sedangkan di Lampung Selatan, daerah terdampak belum dijelaskan secara rinci oleh BNPB. Korban mencapai 3 orang meninggal dunia, 11 orang luka. Belum ada laporan kerusakan di Lampung Selatan.

BMKG menjelaskan tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung bukan berasal dari gempa tektonik. BMKG menduga tsunami diakibatkan erupsi Gunung Anak Krakatau.

“Informasi geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yg ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama. Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu. Sehingga kami koordinasi segera dengan badan geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi anak gunung krakatau yang diduga menyebabkan tsunami” ujar Dwikorita Karnawati , Jakarta Pusat, Minggu (22/12/2018).

“Jadi  tsunami yang terjadi bukan karena BMKG gempa. Tadi sudah dicek tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami” lanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *