BMKG Jabarkan Kronologi Tsunami Selat Sunda

Headline, Nasional057 views

Inionline.Id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengungkap kronologi secara rinci proses terjadinya tsunami Selat Sunda yang melanda pesisir pantai Banten dan Lampung pada Sabtu malam (22/12) lalu.

Menurut kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono,  Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mendeteksi adanya aktivitas erupsi gunung anak krakatau Lampung, dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 M di atas puncak dan 738 M di atas permukaan laut, kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara, dan pada saat itu gunung anak krakatau berada pada status level II (waspada), pada Jumat (21/12).

“Sebelumnya,kami telah memberi peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku pada 22 Desember 2018 pukul 07.00 WIB hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda dengan ketinggian 1,5-2,5 meter” kata Rahmat.

Kemudian, terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau yang memicu longsor lereng Gunung Anak Krakatau seluas 64 Hektare pada Sabtu (22/12) pukul 20.56 WIB. Lalu, pada pukul 21.03 WIB tercatat di sensor seismograph BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJ) dan beberapa sensor di wilayah Banten serta Lampung. Namun sistem gempa BMKG tidak memproses secara otomatis karena signal getaran yang tercatat tersebut bukanlah merupakan signal gempa bumi tektonik.

“Sistem Peringatan dini tsunami yang dimiliki oleh BMKG saat ini hanya untuk tsunami yang disebabkan gempa bumi tektonik, sedangkan tsunami yang melanda Selat Sunda adalah akibat aktivitas vulkanik sehingga saat ada aktivitas vulkanik di Gunung Anak Krakatau,sistem peringatan dini tsunami tidak mampu memproses secara otomatis adanya aktivitas vulkanik sehingga tidak memberikan warning tsunami” ujar Rahmat.

Dan pada pukul 21.30 WIB, petugas Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG mendapat laporan kepanikan masyarakat di wilayah pesisir Banten dan Lampung, karena air laut pasang yang tidak normal. BMKG langsung melakukan pemeriksaan marigram Tide Gauge Badan Informasi Geospasial (BIG).

Hasilnya, terindikasi perubahan permukaan air laut di beberapa wilayah seperti di Pantai Jambu, Kabupaten Serang, dengan ketinggian air mencapai 0,9 meter, di Pelabuhan Ciwandan, Banten ketinggian airnya 0,35 meter, di Kota Agung, Lampung ketinggian air tercatat 0,36 meter, dan di Pelabuhan panjang, Kota Bandar Lampung tercatat ketinggian air 0,28 meter.

Setelah itu, pada Sabtu (22/12) BMKG menyampaikan telah terjadi tsunami yang melanda Banten dan Lampung dan bukan disebabkan oleh gembapumi tektonik, dan pada Minggu (23/12) Pukul 14.40 WIB, BMKG memastikan bahwa pusat getaran ada di gunung anak krakatau, 115,46 BT- 6.10 LS, kedalaman 1 km, Getaran tersebut setara dengan kekuatan Magnitude 3,4.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *