RUPIAH MELEMAH & AIR BERSIH SUSAH, PENGRAJIN TEMPE SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

BOGOR, inionline.id – Melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika, berdampak serius bagi para pengrajin tempe. Mereka mengaku mulai resah karena semakin terjepit dengan biaya produksi pembuatan tempe ditambah sulitnya mencari air bersih.

Seperti diungkapkan beberapa pengusaha dan pengrajin tempe yang ada di Kampung Sukamanah 2 Lebak Talun RT 02 RW 04 Desa Parungpanjang, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, berpotensi merugi jutaan rupiah.

DI kampung ini puluhan pengrajin mengaku mulai mengalami kerugian akibat mahalnya harga kacang kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe. “Kami terpaksa harus mengurangu pembelian kacang kedelai karena harganya yang terus naik, terutama kacang kedelai yang dari impor,” ungkap seorang pengusaha Tasirin (31) saat ditemui sejublah wartawan, Minggu (9/9/2018).

Dia mengungkapkan, di kampung tersebut ada sekitar 30 pengrajin pembuat tempe dalam bentuk usaha rumahan (home industri). Menurutnya, hampir semua pemilik home industri terkena imbas kenaikan nilai tukar mata uang dolar. Pasalnya harga kacang kedelai yang sering digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan tempe,  kebanyakan dari impor.

“Saya saja biasanya belanja 1 ton seharga 8 juta rupiah, sekarang malah cuma dapat 7 sampai 8 kuintal. Belum lagi penambahan biaya untuk membeli air bersih karena kemarau  panjang. Akhirnya produksi makin turun sedangkan biaya makin besar,” ungkap Tasirin.

Tasirin menambahkan, kenaikan harga kacang kedele akibat melemahnya rupiah telah membuat pendapatan para pengrajin tempe turun sangat drastis. Menurutnya, hasil produksi tempe selain membutuhkan kualitas kacang kedelai yang baik,  juga dipengaruhi ketersediaan air bersih, kata dia.

Tasirin menjelaskan, akibat kemarau panjang yang terjadi akhir – akhir ini, kualitas pembuatan tempe semakin menurun lantaran berkurangnya pasokan air bersih.

“Kekurangan air berdampak pada kulitas tempe. Jadi lengkap nih, kacang kedelai mahal, air bersih susah dan imbasnya omset kami menurun drastis dan keuntungan makin berkurang karna biaya produksi yang bertambah.” pungkasnya. (MUL)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *