Menag Menyampaikan 3 Hal Yang Menyenangkan

Bogor, IniOnline.id – Menag Lukman Hakim Saifuddin hadir dalam pembinaan mental ASN Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama. Tidak biasanya, Menag mengawali arahannya dengan meminta ASN di lingkungan Ditjen PHU menyampaikan 3 hal yang menyenangkan (hal positif) dan 3 hal yang menyedihkan dan disesalkan (hal negatif) menjadi bagian dari Ditjen PHU.

“Saya minta masing-masing  kita menulis atau mengingat 3 hal penting yang dirasakan, dialami, dinilai, dan dianggap sesuatu yang paling kita syukuri dan menyenangkan ketika kita menjadi bagian dari PHU, jadi sisi positif. Kedua, apa 3 hal yang paling dianggap sesuatu yang sangat menyedihkan, sangat disesalkan dari PHU ini, tiga hal negatif,” pinta Menag pada kegiatan yang digelar di Bogor, Kamis (28/06).

Kaswad Sartono, Kepala Bidang Haji Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan menyambut pertama permintaan Menag tersebut. Tiga hal yang menjadi kebanggaan dirinya menjadi bagian dari PHU, pertama, bisa melayani karena Allah. Kedua, seluruh aktivitas dalam PHU adalah ibadah dan ketiga, ini adalah warisan yang akan  dikenang anak keturunannya masa mendatang.

“Tiga hal negatif yang membuat sedih, apabila ada orang yang tidak senang  tentang perhajian kita, lalu mengutarakan kata-kata tidak senonoh di hadapan publik. Kedua, masih adanya masyarakat yang tergiur harga murah yang diberikan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang berdampak adanya banyak korban penipuan. Ketiga, tantangan haji dan umrah ke depan masih banyak,” ujarnya.

Kusnul Hadi, Kabid PHU Bali selanjutnya menyampaikan tiga hal  positif dirinya menjadi bagian dari PHU, Pertama menurutnya, menenangkan jiwa.

“Menjadi bagian dari PHU, ada rasa damai, tidak material. Kedua, berada di PHU ini, saya bisa melayani jemaah. Ketiga, rasa bangga,” ucapnya.

Sementara tiga hal yang tidak menyenangkan dan menyedihkan menjadi bagian dari PHU menurutnya. Pertama, seringkali dikejar-kejar pers yang bertanya perihal kasus penipuan jemaah umrah, sementara PPIU yang memperoleh keuntungannya.  Kedua, kurang sosialisasi. Ketiga, unsur berbau korupsi masih ada di PHU.

Iqbal, Ketua UPT Asrama Haji Makassar mengutarakan 3 hal positifnya menjadi bagian Ditjen PHU. Pertama, memperoleh haji gratis. Kedua, membantu dan melayani jemaah selama di asrama haji dan Ketiga, bertambahnya relasi. Sisi hal negatifnya, ia mengaku kurang waktu untuk keluarga, seringkali tidak pulang ke rumah kala musim haji dan  masih adanya pembicaraan negatif terhadap pengelola asrama haji meski sudah berupaya melayani jemaah haji dengan baik.

Sementara itu Khairun Naim menyampaikan tiga hal positifnya. Pertama, banyak tantangan yang menuntut untuk inovatif dan profesional. Kedua, selalu ada masalah yang menuntut lebih bertanggungjawab dan lebih berintegritas. Ketiga, mendorong untuk jadi teladan. Hal negatifnya yang membuatnya ia sedih, adanya PPIU yang menelantarkan jemaah, yang tertuduhnya kemenag. Kedua, mendengar informasi miring tentang pelaksanaan haji dan  ketiga, masih ada petugas haji yang tidak bertanggungjawab. Hal yang hampir serupa disampaikan peserta lainnya.

Menanggapi pandangan tentang 3 hal positif dan negatif menjadi bagian Ditjen PHU yang disampaikan, Menag mengatakan apa yang telah disampaikan ASN Ditjen PHU tersebut variannya cukup, spektrumnya luas.

Menurutnya, kepuasan jemaah yang sifatnya personal, ia akan sangat personal di mana kebahagiaan bisa melayani orang lain. Sebuah bentuk titik krusial yang luar biasa, lahir karena melihat orang lain bahagia, dan kita ikut bahagia.

“Intinya adalah, apa yang kurang baik yang dilakukan teman kita, membuka hal negatif bagi kita, kebersamaan kita. Hal yang buruk karena orang lain, menyebabkan buruknya kita secara kelembagaan. Poin yang ingin disampaikan adalah, dalam pembinaan ASN ini adalah bagaimana semua mampu menjaga irama yang positif yang lalu menimbulkan hal positif. Jadi tugas kita adalah menjaga sisi positif ini,” kata Menag.

Menag menekankan, agar ASN PHU bisa menjaga kesadaran bahwa  kita adalah orang yang memperoleh kemuliaan ditunjuk untuk melayani tamu Allah.

“Kemuliaan tersebut harus  harus tetap bisa jadi spirit atau ruh kita mendedikasikan semua yang kita miliki sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari PHU,” jelasnya.

Menag meminta agar para pejabat PHU harus cukup memiliki kemampuan mensosialisasikan hal ihwal haji juga dituntut memahami seluruh hal ihwal  haji dan umrah.

“Kita menjadi bagian tak terpisahkan,  saling terkait satu sama lain dalam Ditjen PHU ini harus muncul dalam diri kita, hilangkan ego sektoral, tidak peduli urusan lain padahal memilki keterkaitan tinggi,” pesan Menag.

“Kita sudah memiliki modal luar biasa, tidak hanya tradisi baik dari pendahulu yang sekarang kita rasakan buahnya maka wajib kita jaga. Tapi tidak cukup itu saja, kita dituntut berinovasi, merespon tantangan karena masalah itu setiap saat muncul khususnya masalah yang laten.  Karena mengelola haji selalu ada saja masalahnya, mengapa, misalnya karena jemaah setiap tahunnya berganti,” ucap Menag. (kemenag/na)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *