Ibu Asuh Dan Beras Perelek, Jaring Pengaman Sosial Ala Purwakarta

 

Purwakarta, IniOnline.id-Salahsatu warga Kampung Selabaya, Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta. Mak Karsih (79) harus menjalani masa tuanya sendirian. Perempuan usia lanjut itu tinggal di dalam rumah sangat sederhana berukuran 3×4 meter.

Kondisi Mak Karsih yang sangat sederhana, saat ini sudah berubah. Setidaknya, wanita sebatang kara itu, tidak lagi dipusingkan masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Karena, ia termasuk deretan nenek jompo yang diasuh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Pengakuan Mak Karsih yang menjadi ibu asuh bupati, merasa terbantu dengan adanya program ini. Uang insentif bulanan biasanya ia gunakan untuk membeli lauk pauk sehari-hari.

Untuk beras, ia peroleh dari program beras perelek yang dibagikan secara gratis oleh aparat desa setempat. Beras tersebut berasal dari urunan warga yang mampu sebanyak satu gelas per minggu.

“Nya Emak jadi teu abot sadidinten na, aya kanggo meser rencang sangu, da ari beas mah sok aya jatah perelek, (Ya Emak jadi tidak berat sehari-harinya, ada untuk beli lauk pauk, karena beras mah suka ada jatah perelek)” ungkap Mak Karsih, Senin (15/5) di rumahnya.

Sementara, Dedi Mulyadi mengatakan, program yang sejak awal digagasnya itu akan terus ada untuk meng-cover kebutuhan para orang tua jompo terutama kaum ibu yang hidup sebatangkara. Ia mencatat sudah 12 ribu orang di Purwakarta yang masuk dalam program Ibu Asuh.

Kebutuhan para ibu asuh itu dicover oleh para pegawai mulai dari esselon II hingga IV, para kepala desa, tokoh masyarakat termasuk Bupati Purwakarta. Bahkan, Dedi mengaku sudah mengasuh sebanyak 100 janda tua yang dipenuhi kebutuhannya setiap bulan.

Ketua DPD Partai Golkar Provinsi jawa Barat ini sempat menyinggung filosopi yang mendasari pemberlakuan kedua program berjenis jaring pengaman sosial tersebut.

Menurutnya, Negara harus hadir dalam kebijakan yang diberlakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ekonomi lemah. Semuanya harus diperhatikan, tidak boleh ada yang terlantar, sudah menjadi kewajiban negara.

“Alhamdulillah, program ini masih berjalan. Kedepan, beras perelek sudah mampu menggantikan beras rastra. Masyarakat tidak mampu, tidak mengkonsumsi lagi beras rastra karena kualitas beras perelek disini lebih bagus. Target kita tahun ini bebas rastra” tandasnya. (Daufh/soeft).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *