Masalah Harga Cabai Terus Melonjak Pemerintah Salahkan Cuaca

Ekonomi, Headline257 views

Harga cabai naik sejak menjelang tahun baru, terutama harga cabai rawit merah yang melonjak hingga tiga kali lipat di Jakarta sampai akhir pekan lalu. Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan mengatakan cuaca adalah penyebab kenaikan harga.
Jakarta – Inionline.id – Warsi sibuk menimbang cabai merah keriting untuk pembeli di kios sayuran miliknya di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat.
Menurutnya, sejak pekan lalu jumlah cabai yang dijualnya berkurang akibat minim pasokan dan harganya pun cenderung naik.

Kenaikan harga terjadi pada komoditas cabai rawit merah yang mencapai hampir tiga kali lipat hingga Rp140.000 per kilogram. Adapun harga cabai merah mencapai Rp40.000 per kilogram.
“(Harga cabai) Rp140.000. (Naik) sudah hampir seminggu, ya naik turun kalau cabai sih. Ya rawit hijau sama merah yang paling mahal, dari sononya sih nggak ada dari kebunnya. Biasa jual 10 kg jadi tiga kilogram dalam sehari. Di kampung juga lagi susah (karena faktor) alam. Pembeli tidak mengeluh, tapi yang biasa beli satu ons jadi 1/2 ons, nggak mengeluh sih yang penting barangnya ada,” jelas perempuan berusia 52 tahun itu.

Meski demikian, di pasar yang sama, perbedaan harga juga terjadi antar pedagang, yang bisa mencapai Rp10.000. Hal itu tampak ketika saya bertanya ke Encu, seorang pedagang lainnya di pasar Gondangdia.

“Sekarang udah turun, Rp130 (ribu) saya jual, beli Rp120 (ribu) sekarang Rp110 (ribu). Dulu seminggu (membeli cabai) 50 kg, kalau sekarang cuma sedikit paling tujuh kiloan. Semua naik, cabai gede aja yang turun. Kalau harga beli Rp30 (ribu), kalau jual Rp35 (ribu),” kata Encu.
Harus ada dalam menu
Walau harga cabai naik, sejumlah orang masih setia membeli.
Iyem, salah seorang pembeli, mengaku sambal harus ada dalam menu makanannnya. Karena harga cabai naik, dia menyiasatinya dengan membeli cabai yang harganya lebih murah.
“Biasa beli cabai ini, terus terang saya nggak beli cabai rawit merah, diganti cabai keriting,” jelas Iyem.
Untuk beberapa jenis masakan, Iyem mengaku mengganti cabai dengan tomat.
er kilogram.
Masalah cuaca
Kenaikan harga cabai tidak sama di setiap daerah. Laporan media lokal menyebutkan harga cabai di Samarinda, Kalimantan Timur, mencapai Rp200.000 per kilogram.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan kenaikan harga cabai itu karena faktor cuaca dan distribusi. Dia juga berdalih harga sudah mulai turun.
“Stoknya ada tapi musim hujan, mudah-mudahan cerah. Harga cabai sudah mulai turun, kemarin mengatakan Rp100.000 sekarang sudah Rp70.000, ada Rp40.000. Sudah kami turunkan bersama Mendag,” kata Amran.
Faktor cuaca yang menghambat distribusi juga disebut Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, sebagai penyebab kenaikan harga cabai dan yang membuat harga cabai di satu daerah dengan daerah lainnya tidak sama. Oleh karena itu, menurutnya, tidak perlu regulasi baru untuk menstabilkan harga cabai.
“Nggak perlu ada regulasi, sekarang beli saja di online Rp 28 ribu-Rp30 ribu. Karena iklim, cuaca. Karena transportasinya, hujannya, kalau memetik saat hujan busuk. Disparitas harga tinggi sekali. Sulawesi masih Rp 30 ribu-Rp 35 ribu,” ujarnya.

Kementerian Perdagangan memerintahkan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) menstabilkan harga dengan membeli cabai petani, yang kemudian didistribusikan ke daerah yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi.
Sejumlah petani baru akan panen pada pekan ini seperti di Kabupaten Malang, Jawa Timur, salah satu daerah penghasil cabai.
Namun, salah seorang petani asal di Dusun Gedang Sewu, Desa Kedung Rejo, Kecamatan Pakis, Nasid, berharap harga cabai di tingkat petani juga stabil dan lebih tinggi dari ongkos produksinya.
Dia mengatakan bahwa harga jual di tingkat petani tidak sebanding ongkos buruh tani sehingga lebih baik dia tidak memanen dan membiarkan cabainya membusuk.
“Kadang-kadang murah, harga cabai naik turun, dulu pernah Rp 100 ribu per kilogram. Nanti kalau harganya hanya Rp 1.000 lalu diparuh dengan orang yang memanen, dia pasti menolak (memanen). Buruh di sawah (dibayar) Rp 25 tribu,”
Nasid juga mengatakan tanaman cabai rawan dengan penyakit dan gangguan lainnya seperti abu letusan gunung kelud yang sempat meletus beberapa tahun lalu. Kondisi tersebut juga mempengaruhi kenaikan harga cabai.

Sumber : http://www.bbc.com/indonesia/majalah-38551692