Astronom Muslim Sempurnakan Astrolabe

Headline, Iptek057 views

JAKARTA — Awal kemunculan astrolabe memang bukan berasal dari dunia Islam, namun diperkirakan dari Yunani Kuno. Meski tak ada sisa astrolabe di masa Yunani yang tersisa, keberadaan astrolabe ini diketahui melalui tulisan astronom Hipparachus pada tahun 150 SM.

Hipparachus mengungkapkan, penemuannya mengenai proyeksi stereografik, sebuah perangkat matematis yang menggambar langit tiga dimensi ke dalam lempengan dua dimensi, merupakan basis bagaimana astrolabe bekerja.

Namun, pada akhirnya, para sejarawan menyimpulkan, astrolabe mengalami penyempurnaan di dunia Islam. Menurut mereka, istilah astrolabe berasal dari istilah Arab yang dalam bahasa Yunani memiliki arti pemegang bintang.

Astrolabe yang masih bertahan hingga saat ini adalah astrolabe koleksi pribadi yang disimpan di Museum Nasional Kuwait. Astrolabe ini juga telah berkeliling dunia melalui pameran keliling ‘Islamic Art and Patronage, Treasures from Kuwait’ sejak Perang Teluk 1991.

Astrolabe itu adalah buatan Irak dan ditandatangani Nastalus serta berangka tahun 927 M. Struktur astrolabe terdiri atas empat bagian utama. Pertama, mater, yang sering disebut piring atau lempeng dasar. Sedangkan, bagian kedua adalah rete.

Rete atau jaringan atas seperti piring yang menunjukkan bintang-bintang yang telah jelas terlihat, ekliptika (konstelasi zodiak dan bagian langit di mana matahari beredar), dan beberapa bintang yang bisa dilihat dengan mata telanjang.

Ketiga adalah plate yang masing-masing dibuat untuk lintang yang berbeda. Setiap plate diukir pada kotaknya untuk menandai puncak atau titik tepat di atas kepala, cakrawala, dan semua ketinggian di permukaan bumi.

Bagian keempat adalah alidade atau ukuran pandangan untuk melakukan pengamatan dan membaca skala. Rete dan plate dirancang agar sesuai dengan mater. Selain itu, ada pula cara tertentu untuk melakukan pengamatan dengan astrolabe.

Seseorang yang akan melakukan pengamatan dengan menggunakan astrolabe harus memegang cincin yang ada di bagian atas astrolabe. Langkah ini bertujuan agar astrolabe tergantung lurus. Instrumen ini bisa untuk mengamati matahari, bintang, ataupun ketinggian sebuah bangunan.

Astrolabe juga berguna untuk menentukan waktu matahari terbit atau terbenam. Selain itu, banyak astrolabe memiliki tabel yang terukir di bagian belakangnya. Tabel ini menampilkan informasi astrologi yang berguna dalam penentuan horoskop.

Dalam astrolabe, kadang-kadang juga terdapat informasi mengenai apa yang disebut lunar mansions, sebuah fitur pemikiran astrologi dari India yang membagi zodiak menjadi 28 bagian. Masing-masing zodiak mengacu pada posisi bulan untuk hari tertentu.

Sumber : http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/mozaik/17/01/06/ojcmfv313-astronom-muslim-sempurnakan-astrolabe