Ironi Kepala Sekolah yang Digaji Hanya Rp 350 Ribu Sebulan

Ambon Salasa Hatulekal hanya bisa pasrah saat dipindah tugas oleh Dinas Pendidikan ke sebuah SD kecil di Pulau Sjahrir, Ambon. Di sekolah ini, Salasa yang merupakan kepala sekolah juga merangkap sebagai guru mata pelajaran umum untuk murid kelas 1 sampai 6 SD.
“Guru PNS saja tidak mau di sini. Tiga guru di sini, masih honorer semua,” kata Salasa kepada Health-Liputan6.com, Pulau Sjahrir, Banda, Ambon, Selasa (29/11/2016).
BACA JUGA
 Kisah ‘Laskar Pelangi’ Bengkalis, Wujudkan Mimpi di Gubuk Kayu
 Kisah Pemulung Buka Sekolah Gratis untuk Anak-Anak Putus Sekolah
 Mulia, Guru Ini Dedikasikan Hidupnya untuk Mengajar 2 Murid
Salasa yang sudah 10 tahun menjadi pegawai honorer ini, baru satu setengah tahun menjadi guru pelaksana harian di SD Kecil Pulau Sjahrir. Sebelum di sini, Salasa mengajar di SD Negeri Baby Mandi di Desa Wair, Pulau Banda Besar.
“Saya di sini bukan kemauan diri sendiri. Kebijakan dari Kepala Kantor (Dinas Pendidikan) Kota Neira. Soalnya, saya di sini mengelola satu sekolah,” kata Salasa.
Dia menerima perintah itu karena ingin mendapatkan SK (surat keputusan) menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Dulu, kata dia, bangunan sekolah yang terdiri dari dua kelas (ruangan bersekat) tempatnya mengajar adalah perpustakaan. Sementara 24 orang murid di sekolah ini, sebelumnya bersekolah di Desa Induk, Desa Selamon yang bisa ditempuh selama lima menit dari Pulau Sjahrir menggunakan kapal motor.
“Kendala sekolah ini, bangunannya yang kurang diperhatikan. Buku-buku dan alat tulisanya juga. Padahal, anak-anak di sini pintar. Saya cuma tidak mau anak-anak di sini kalah dari anak-anak di Neira,” kata Salasa.
“Sistem di sini juga mengajar pakem. Dua kelas menjadi satu. Satu guru harus menguasai bidang studi kelas 1 sampai kelas 6. Kalau enggak, tidak bisa mengajar,” Salasa menambahkan.
Digaji hanya Rp 350 ribu per bulan
Kalau boleh memilih, di saat SK pengangkatan jadi PNS diterima, Salasa ingin mengajar di SD yang lain. Selain itu, dia berharap gajinya bisa naik. Sebab, pendapatan yang sekarang dia terima hanya Rp 350 ribu per bulan.
“Buat kebutuhan sendiri saja tidak cukup, apalagi keluarga?” kata Salasa. Istri dan ketiga anaknya tinggal di Desa Wair. Salasa harus mengirimkan uang ke sana Rp 300 ribu dan sisa uang Rp 50 ribu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Bagi Salasa, yang penting anak-anak dan istrinya bisa hidup dan tidak kekurangan. Dia juga tidak mau, hanya gara-gara pendapatannya yang kecil, anak-anaknya sampai putus sekolah.
“Sekarang saja sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Terbuka di Neira. Demi mengejar S1 agar ketika jadi PNS ada titel SPd (Sarjana Pendidikan),” kata Salasa.
Namun, apabila Dinas Pendidikan masih menginginkannya untuk terus di SD Kecil Pulau Sjahrir, tak masalah asal gaji berubah.
“Ini amanah Allah SWT, bukan kemauan saya,” pungkas Salasa.

Sumber : http://m.liputan6.com/health/read/2664532/ironi-kepala-sekolah-yang-digaji-hanya-rp-350-ribu-sebulan