Jakarta -Harga cabai di pasaran saat ini sedang tinggi, di Jakarta saja bahkan sempat mencapai Rp 90.000/kg. Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), hal tersebut disebabkan adanya pedagang yang mengambil untung besar.
“Kalau misalnya ini ada harga yang tinggi itu adalah hak di tingkat pedagang, siapa yang mau melarang?” kata Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono, di kantornya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (28/12/2016).
Misalnya harga cabai merah besar di tingkat petani, di daerah Malang Rp 26.000/kg, kemudian di jual di daerah lain dengan ditambah harga distribusi dan untungnya dijual tinggi. Kata Spudnik, pemerintah tidak bisa melarang penjual cabai menjual tinggi hal itu karena hak pedagang.
“Kalau misal dapat harga Rp 90.000 itu, beli di saya Rp 22.000, bapak jual Rp 40.000 tidak ada yang larang, ya buktinya harga di petani itu seperti ini. Misal di Malang cabai merah keriting dari Malang Rp 15.000, kalau dia jual Rp 90.000 itu kebangetan, tapi ini kan siapa mau larang. Saya tidak punya kendali,” imbuhnya.
Menurutnya inilah dinamika lapangan di mana pemerintah tidak bisa melarang perilaku pedagang tersebut. “Anda beli di sana Rp 7.000/kg atau Rp 10.000 atau Rp 17.000, ongkos kirim maksimal Rp 3.000 lalu Anda jual Rp 40.000 masih untung Rp 20.000. Inilah dinamika di lapangan tidak bisa kita buat semua landai, haknya pedagang mau jual berapa, kan ada biaya distribusinya,” katanya.
Untuk meredam gejolak harga cabai, dia menyebut pemerintah berupaya untuk menekan harga pasar dengan menunjuk PPI dan Bulog untuk dapat membeli cabai di tingkat petani untuk dijual di pasar dengan harga yang wajar. Namun, sekali lagi dia menegaskan tidak bisa mendikte pedagang untuk menjual harga sesuai ketentuan pemerintah tetapi bisanya memberikan patokan harga di pasar.
“Saya nggak bisa mendikte pedagang untuk menjual sesuai harga pemerintah, uang-uang pedagang itu,” tutupnya.
Sumber : https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3382161/harga-cabai-tinggi-kementan-kami-tak-bisa-paksa-pedagang-jual-murah
