Mendag Agus: Keterlibatan RI dalam Rantai Pasok Global Menjadi Keharusan

Headline, Nasional157 views

Inionline.id – Kementerian Perdagangan terus menyusun strategi perdagangan yang lebih baik untuk tahun mendatang. Guna memulihkan perekonomian, Kemendag akan fokus menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri dengan terus bangga dengan buatan Indonesia, serta meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global.

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto mengatakan, penghujung 2020 ini menjadi momentum tepat untuk kita belajar dan bersama-sama menyusun strategi perdagangan yang lebih baik di tahun mendatang. Sebagai negara besar, maka menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri adalah salah satu langkah tepat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia.

“Di sisi lain, keterbukaan dan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global juga menjadi keharusan,” kata Mendag Agus dalam acara Economic Summit 2020, ditulis Minggu (29/11).

Dia menekankan menjaga pasar utama dan terus membuka akses pasar baru di negara-negara non tradisional adalah langkah yang akan terus dilakukan agar produk-produk Indonesia semakin berdaya saing dan mendunia. Beberapa hal tersebut penting dilakukan agar Indonesia siap berpacu dalam perdagangan dunia terutama dalam menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan pandemi Covid-19.

Sebagai implikasi dari kondisi pandemi tersebut, perdagangan dunia juga mengalami perlambatan. IMF mengungkapkan, perdagangan dunia pada 2020 diperkirakan terkontraksi 10,4 persen. Namun, pada 2021, perdagangan dunia diperkirakan akan lebih baik dan tumbuh 8,3 persen dengan kontribusi terbesar dari negara-negara berkembang.

Untuk itu, menurut dia, situasi normal baru saat ini adalah sebuah proses transisi yang menuntut semua negara cepat beradaptasi dan berinovasi. Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai tatanan, termasuk dalam perdagangan dunia dan bisnis, mulai dari sistem produksi, komoditas unggulan, hingga sistem logistik.

“Kita harus dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan dan kemajuan. Untuk itu, Kemendag telah melakukan pemetaan tantangan dan peluang di sektor perdagangan selama dan pasca pandemi Covid-19,” imbuhnya.

Tantangan perdagangan yang saat ini dihadapi antara lain terkait perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global, proteksionisme perdagangan dan meningkatnya hambatan perdagangan, kerja sama perdagangan antar negara, serta potensi defisit neraca perdagangan dan resesi ekonomi.

Sedangkan, peluang perdagangan yang harus segera dimanfaatkan adalah pertumbuhan nilai perdagangan produk potensial baru, relokasi pusat-pusat industri dan investasi global, transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi yang kian masif, serta pemanfaatan potensi pasar di kawasan potensial.

“Dengan melihat berbagai tantangan dan peluang, Kemendag telah dan akan terus melakukan berbagai langkah strategis dan evaluasi secara berkala untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.

Dia menjabarkan, beberapa respons kebijakan strategis Kemendag antara lain larangan sementara impor binatang hidup dari China yang dilakukan sejak Februari 2020; realokasi dan refocusing anggaran, termasuk program bantuan untuk pasar rakyat dan UMKM; stimulus ekonomi non fiskal; pengamanan ketersediaan alat kesehatan, seperti masker dan alat pelindung diri (APD); dan stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan pokok.

Selain itu juga menjalankan strategi pengawasan barang beredar dan/atau jasa dalam perdagangan dalam jaringan (e-commerce); peningkatan fasilitasi ekspor; pengamanan bahan baku industri, termasuk impor bahan baku seperti gula yang banyak dibutuhkan UMKM pangan; pengaturan impor barang konsumsi; pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional; serta pembukaan fasilitas perdagangan secara bertahap di era adaptasi kebiasaan baru.

Kemendag juga telah menyusun strategi akselerasi pertumbuhan perdagangan untuk pasar domestik dan pasar global. Secara khusus terkait upaya peningkatan ekspor nonmigas, Kemendag juga telah menyusun strategi jangka pendek dan jangka menengah.

Strategi jangka pendek berorientasi pada pendekatan produk dan pendekatan pasar, sedangkan strategi jangka menengah dilakukan melalui pemetaan produk Indonesia di negara akreditasi yang telah mempunyai kekuatan.

Selain itu, Pemerintah pun terus mengupayakan kesepakatan perdagangan melalui perjanjian kerja sama perdagangan internasional. Sampai saat ini, Indonesia telah menyelesaikan 21 perundingan perdagangan, baik secara bilateral maupun multilateral dan regional, termasuk RCEP yang baru ditandatangani pada 15 November 2020.

Agus menambahkan, meski di tengah perlambatan ekonomi dan kondisi pandemi Covid-19, kita patut bersyukur karena kinerja neraca perdagangan masih dalam kondisi baik. Defisit neraca perdagangan hanya terjadi pada Januari dan April. Pada periode Mei-Oktober 2020, surplus perdagangan Indonesia justru memiliki tren meningkat.

Adapun secara kumulatif, neraca dagang Januari-Oktober 2020 mencapai USD 17,1 miliar, melampaui neraca perdagangan Indonesia untuk keseluruhan 2017 dan merupakan capaian tertinggi sejak 2012.