Digitalisasi Sekolah 2021, Guru Bebas Memilih Kurikulum

Pendidikan257 views

Inionline.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim berniat akan mulai memprioritaskan program Digitalisasi Sekolah pada 2021 mendatang. Program ini merupakan sebuah terobosan di mana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mempercepat pemutakhiran perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah.

“Kita program 2021, salah satu terbesar adalah digitalisasi sekolah. Di mana kita memastikan bahwa berbagai macam toolkit TIK itu akan kita persiapkan, dan kita akselerasi dari sebelumnya,” tutur Mendikbud dalam acara Indonesia Bicara yang disiarkan melalui kanal Youtube Media Indonesia, dikutip Minggu (8/11).

Nadiem menyebut, dari program itu akan ada beragam inisiatif teknologi bagi sekolah. Mulai dari platform bagi kepala sekolah hingga platform untuk guru.

“Guru bisa menggunakan kurikulum berdasarkan level kompetensi siswanya, enggak dipaksa menggunakan suatu level yang tidak cocok dengan siswanya ya. Nah itu hanya bisa dilakukan dengan teknologi,” katanya.

Bukan hanya itu, Mendikbud juga berencana akan mendigitalisasi kurikulum, di mana guru akan diberikan kebebasan untuk memilih kurikulum pada tingkatan mana yang dirasa cocok untuk muridnya.

“Jadi kalau kita mau mengganti kurikulum itu menjadi digital kurikulum, di mana guru itu diberikan kebebasan untuk memilih level mana yang pas. Misalnya dia mau mundur satu tahun kalau dia mau, atau mau maju satu tahun tergantung kemampuan kompetensi siswanya. Itu bisa dilakukan dengan teknologi,” paparnya.

Digitalisasi ini juga, kata Nadiem akan mendorong kolaborasi antara guru.

“Jadinya di luar dari pada inovasi yang ada di pihak swasta, Kemendikbud pun melakukan berbagai macam infrastruktur platform. Nanti bisa digunakan bagi sistem pendidikan kita untuk meningkatkan kompetensi, meningkatkan efisiensi maupun juga meningkatkan personalisasi atau ketepatan kompetensi murid di kelas,” ujar Nadiem.

Guna menunjang jalannya program tersebut, Kemendikbud menggelontorkan dana hingga Rp 3 triliun.

“Total dana yang diinginkan untuk digitalisasi sekolah ini sebenarnya mencapai Rp 15 triliun, namun untuk setiap tahunnya baru bisa dianggarkan Rp 3 triliun,” tutur Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri.

Jumeri menjelaskan, rencananya setiap sekolah akan menerima 15 laptop dan satu access point pada program Digitalisasi Sekolah ini. Laptop yang akan diberikan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti untuk asesmen kompetensi minimun, asesmen nasional, dan praktikum.

Sementara itu Nadiem mengatakan, dari segi penggunaannya, laptop dinilai lebih tahan lama daripada tablet. Selain itu, laptop yang dimiliki sekolah itu dapat digunakan oleh siswa atau guru, serta memiliki fungsi yang lebih banyak.

“Salah satu keunggulan kalau kita beli banyak kita bisa membuat produsen itu memanufakturnya di dalam Indonesia dengan menciptakan pekerjaan. Yang penting itu. Bukan merknya yang penting. Yang penting adalah produksinya di sini dan mengerjakan dan ada industri. Jadi itu adalah salah satu alasan kenapa kita beli sekaligus banyak itu bisa membantu produksi di dalam negeri dan mengundang mereka melakukannya,” ujar Mendikbud.

Belajar Online Permanen

Mendikbud Nadiem Makarim juga menduga usai pandemi Covid-19 pembelajaran online di kampus kemungkinan akan langgeng dilakukan.

“Menurut saya di universitas, online learning itu akan menjadi suatu hal yang permanen,” tegas Mendikbud.

Sementara untuk pendidikan dasar dan menengah, Nadiem tak melihat adanya tren seperti itu.

“Menurut saya di SMA, SMP, SD menurut saya kebanyakan masih berat kepada tatap muka. Cuma menggunakan teknologi untuk meningkatkan potensi dari pada proses pengajaran tersebut,” ucap Mendikbud.

Walaupun di jenjang pendidikan itu masih mengutamakan pembelajaran luar jaringan atau luring, Nadiem melihat akan ada tren pemanfaatan teknologi dalam intensitas lebih besar setelah masa pandemi Covid-19 ini. Hal itu guna membantu proses pembelajaran luring di jenjang tersebut.

“Jadinya walaupun mereka semua offline tapi masih menggunakan teknologi untuk kolaborasi, untuk monitoring, untuk tracking, untuk data, untuk asesmen,” bebernya.

“Jadi prediksi saya untuk dasar dan menengah bakal offline, tapi untuk universitas bakal banyak sekali model-model yang lebih ke online,” sambung Nadiem.