Survei Menyebutkan, Masyarakat Tetap Ingin Membeli Properti Saat Pandemi

Inionline.id – Pandemi Covid-19 selain membuat situasi bisnis properti menjadi berat juga telah memunculkan pergeseran konsumen. Menurut survei yang diselenggarakan IPW, selain pergeseran konsumen ke segmen properti yang lebih rendah juga memperlihatkan masyarakat tetap tertarik untuk membeli properti saat situasi pandemi.

Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian tak terkecuali bisnis properti. Mayoritas pengembang mengeluhkan angka penjualan yang menurun tajam saat situasi pandemi ini sehingga harus menempuh berbagai penghematan, menunda peluncuran proyek baru, hingga berbagai efisiensi lainnya untuk tetap bertahan.

Namun begitu di sisi lain berbagai riset maupun survei juga menyebutkan, membeli rumah khususnya untuk kalangan tertentu seperti pengguna (end user) tetap tinggi dan seperti tidak terpengaruh dengan situasi pandemi. Terlebih untuk tipe rumah dengan harga di bawah Rp500 juta yang masih banyak dicari oleh masyarakat.

Berdasarkan survei konsumen properti yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch (IPW), mayoritas konsumen dengan porsi 68 persen menyatakan tetap berminat untuk membeli properti saat situasi pandemi ini. Survei ini dilakukan pada awal September 2020 lalu dengan 285 responden yang dilakukan secara online dengan domisili di Jakarta (36,72 persen), 45,17 persen di Bodetabek-Banten, dan sisanya dari Jawa dan luas Jawa.

Rentang usai responden yang terlibat dalam survei ini antara 45-55 tahun (44 persen), 35-45 tahun (30 persen), dan selebihnya di luar rentang usia tersebut. Selanjutnya, survei juga menyebut kalau lebih dari separuh (51,06 persen) responden memilih rumah tapak dibandingkan jenis properti lainnya, disusul dengan kaveling siap bangun (22,34 persen), apartemen (11,7 persen), SOHO/ruko (10,64 perse), dan sisanya untuk gudang, vila, dann kondotel.

Menurut Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif IPW, responden yang paling berminat untuk membeli rumah seharga Rp500 juta-Rp1 miliar mencapai 29,79 persen diikuti rumah seharga Rp300 juta-Rp500 juta (28,72 persen, Rp1 miliar-Rp3 miliar (23,4 persen), di bawah Rp300 juta (10,64 persen), dan di atas Rp3 miliar (7,45 persen).

“Hasil survei ini selaras dengan dengan survei tren pasar properti triwulanan yang dilakukan IPW sebelumnya. Hal ini menandakan kalau segmen kalangan menengah untuk konsumen properti masih mendominasi pasar dan ini menjadi pasar yang sangat gemuk untuk kalangan pengembang maupun perbankan untuk lebih fokus menyasar segmen pasar ini,” ujarnya.

Ali juga menyebut terjadi penurunan atau pergeseran segmen ke jenis properti yang lebih rendah. Misalnya, kalau dulu konsumen ingin membeli hunian seharga di atas Rp1 miliar, sekarang akan lebih memilih yang harganya Rp500 juta-Rp1 miliar. Yang tadinya ingin membeli rumah seharga Rp500 juta bergeser ke segmen Rp300 juta, dan yang awalnya ingin membeli rumah Rp300 juta hanya mampu menaksir rumah di bawah Rp300 juta yang non subsidi.

Kemudian untuk beberapa alasan membeli properti, responden menyatakan membeli properti karena faktor harga (28,46 persen), brand developer (16,21 persen), dan kedekatan lokasi perumahan dengan fasilitas umum (15,42 persen). Sementara luas tanah maupun bangunan kurang menjadi perhatian selama harga dan hal lainnya sesuai dengan ekspektasi konsumen.

“Survei juga menyebutkan kalau mayoritas responden tetap berminat membeli properti kendata saat pandemi karena harganya lebih rendah dan pengembang maupun perbankan menawarkan banyak promo dan kemudahan cara bayar.  Sebanyak 42,55 persen responden tetap berminat membeli rumah saat panddemi, 22,34 persen beli untuk dihuni sendiri dan 18,09 persen untuk dijual kembali guna mendapatkan margin. Jadi saat pandemi investor jangka pendek maupun spekulator tetap ada,” jelas Ali.