Kampus Harus Mempersiapkan Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru

Pendidikan157 views

Inionline.id – Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad mengatakan, persiapan adaptasi baru di lingkungan perguruan tinggi menjadi isu penting di tengah pandemi covid-19. Sebab dunia pendidikan masih membutuhkan adanya interaksi antara mahasiswa dengan dosennya.

Riris yang juga Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM ini mengatakan persiapan adaptasi baru di lingkungan kampus menjadi isu penting di tengah pandemi covid-19. Sebab, dunia pendidikan mengharuskan adanya interaksi antara mahasiswa dan dosen.

“Kalau melihat risiko yang sudah dipetakan oleh BNPB, setiap kampus menjadi salah satu sektor bisnis yang dianggap berisiko tinggi menularkan covid-19, meskipun secara ekonomi tidak terlalu tinggi risiko dibandingkan pasar,” tutur Riris saat dalam sambutan di Webinar ‘Persiapan Adaptasi Kebiasaan Baru di Lingkungan Kampus’, dikutip dari siaran pers, Kamis, 8 Oktober 2020.

Belum lama ini diketahui, terdapat ratusan mahasiswa positif covid-19 di sebuah kampus di Jakarta. Hal ini memberikan sebuah bukti, jika dunia kampus merupakan area yang bisa menjadi tempat risiko tinggi untuk penularan covid-19.

“Mahasiswa bisa menjadi bagian dari populasi yang menyebarkan covid-19 ke masyarakat,” terangnya.

Ketua Satgas Covid-19 UGM, Rustamadji menyampaikan, UGM melakukan berbagai penyesuaian dalam melaksanakan pembelajaran di masa adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi. Kegiatan pembelajaran hingga saat ini masih dilakukan secara daring.

Apabila terpaksa melakukan pembelajaran tatap muka, maka pelaksanaannya sesuai dengan protokol kesehatan dan waktu tatap muka disarankan tidak lebih dari 30 menit. Belajar dari penularan SARS-CoV2, Rustamadji mengatakan jika menjaga jarak menjadi faktor penting.

Oleh sebab itu, pihaknya melakukan pengaturan ruang kuliah dengan mengurangi populasi hingga 60 persen. Demikian halnya di tempat praktikum, studio dan lainnya tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Semaksimal mungkin mengurangi kegiatan luring dan memperkuat pembelajaran daring termasuk praktikum, skill lab dan kunjungan ke RS diganti daring,” terangnya.

Sementara untuk mahasiswa pendidikan dokter, dokter gigi, apoteker, kebidanan, keperawatan untuk tingkat profesi menempatkan mahasiswa di lini yang tidak berhubungan langsung dengan penderita covid-19. Sedangkan untuk mahasiswa pendidikan spesialis yang berpotensi berhubungan dengan penderita covid-19 agar memperhatikan modifikasi lingkungan dan protokol kesehatan.

“Penerapan protokol kesehatan, APD, dan sarana pendukung bagi peserta didik yang berpotensi tertular Covid-19,” jelasnya.

Langkah lain yang dilakukan untuk mencegah penularan covid-19 di kampus yaitu mempromosikan 3M seperti anjuran dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang berulang kali menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mencegah penyebaran pandemi virus korona lewat disiplin protokol kesehatan.

Tidak hanya itu, untuk saat 3M menjadi kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus covid-19. Pemerintah melalui #satgascovid19 tak bosan-bosannya mengampanyekan #ingatpesanibu. Jangan lupa selalu menerapkan 3M, yakni #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangandan #cucitanganpakaisabun.

Selanjutnya, selalu menekankan untuk menerapkan etika batuk dan bersin. Disamping itu, juga melakukan pengurangan jumlah individu bekerja di kantor dengan sistem 14 hari WFO dan 14 hari WFH serta menjaga kebersihan lingkungan.

Sementara untuk mendukung pembelajaran dilakukan penguatan fasilitas layanan kesehatan, penguatan kemampuan pelacakan, serta penelusuran dan pengujian. Kemudian penyiapan sarana isolasi dan promosi adaptasi kebiasaan baru.