Harga Beras Grosir dan Eceran Turun Saat Gabah Naik

Ekonomi157 views

Inionline.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga beras di tingkat grosir turun 0,19 persen dari Agustus ke September 2020. Penurunan rata-rata harga beras juga terjadi di tingkat eceran sekitar 0,06 persen pada periode yang sama.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan harga beras terjadi karena beras kualitas premium turun sekitar 0,92 persen dari Rp9.963 menjadi Rp9.871 per kilogram (kg). Sementara harga beras kualitas medium justru naik 0,75 persen menjadi Rp9.405 per kg dan harga beras kualitas rendah meningkat 0,44 persen menjadi Rp9.026 per kg.

Ia menyatakan penurunan harga beras secara rata-rata terjadi di tengah kenaikan harga gabah di tingkat penggilingan. Tercatat, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) naik 1,85 persen menjadi Rp4.996 per kg dan Gabah Kering Giling (GKG) naik 0,06 persen menjadi Rp5.519 per kg.

Peningkatan rata-rata harga gabah juga terjadi di GKP tingkat petani sebesar 1,53 persen menjadi Rp4.891 per kg. Namun, rata-rata harga GKP di tingkat petani justru turun 0,12 persen menjadi Rp5.390 per kg.

“Ini sebenarnya bagus, karena di hulu, di petani itu mengalami kenaikan pendapatan, di sisi konsumen, harga berasnya tetap rendah. Jadi kita harapkan harga beras akan tetap stabil sampai akhir tahun,” kata Suhariyanto saat konferensi pers bulanan inflasi periode September 2020 secara virtual, Kamis (1/10).

Lebih lanjut, kenaikan harga gabah di tingkat penggilingan membuat Nilai Tukar Petani (NTP) sub sektor tanaman pangan naik 0,9 persen dari 100,63 menjadi 101,53 pada bulan lalu. Begitu juga dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) tumbuh 0,77 persen dari 100,84 menjadi 101,62.

“Ini (kenaikan harga gabah) yang menyebabkan NTP atau NTUP di sub sektor tanaman pangan meningkat,” jelasnya.

Peningkatan NTP juga terjadi di sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,67 persen menjadi 105,76 dan perikanan meningkat 0,18 persen menjadi 100,65. Sementara penurunan NTP terjadi di sub sektor hortikultura minus 0,43 persen menjadi 97,38 dan peternakan turun 0,63 persen menjadi 98,01.

Sedangkan untuk NTUP yang naik ada di sub sektor tanaman perkebunan rakyat sekitar 2,6 persen menjadi 106,21 dan perikanan meningkat 0,12 persen menjadi 101,42. NTUP yang turun ada di sub sektor hortikultura minus 0,54 persen menjadi 97,05 dan peternakan terkontraksi 0,7 persen menjadi 97,62.

Secara keseluruhan NTP nasional naik 0,99 persen dari 100,65 menjadi 101,66 persen. Begitu juga dengan NTUP nasional meningkat 0,9 persen dari 100,84 menjadi 101,74 pada bulan lalu.

“Tentunya ini berita yang menggembirakan. NTP naik karena indeks harga yang diterima mengalami peningkatan, sebaliknya indeks harga yang dikeluarkan petani menurun,” pungkasnya.