Dilema Pembelajaran Jarak Jauh untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan557 views

Inionline.id – Memastikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) selama diberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan tantangan yang tidak mudah bagi para guru. Tidak terkecuali yang dialami, Ranti Elvira, Guru SMPN 2 Mempura, Kabupaten Siak.

SMPN 2 Mempura merupakan salah satu sekolah inklusi yang ada di Kabupaten Siak. Terletak di kampung Merempan Hilir, Kecamatan Mempura. Sekolah yang merupakan mitra Tanoto Foundation ini dikelilingi hutan dan kebun sawit.

Ranti juga menjelaskan bahwa peserta didik yang terkategorikan ABK tidak hanya yang difabel saja. Tetapi, juga siswa yang putus hubungan dengan dunia luar karena beberapa faktor.

“Salah satunya peserta didik di kelas saya. Ananda termasuk ABK karena broken home. Hal ini yang diduga kuat menyebabkannya tidak peduli dengan dunia luar. Misalnya tidak peduli dengan pelajaran di sekolah, tidak mempan dinasihati atau pun dimarahi orang tuanya,” ujar Ranti, Rabu, 7 Oktober 2020.

Total ada delapan jumlah siswa berkebutuhan khusus di SMPN 2 yang terbagi atas tujuh orang dengan kategori lamban/kesulitan belajar dan satu orang tuna laras.

Ranti mengatakan, dalam menghadapi peserta didik ABK dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Apalagi saat ini situasinya siswa harus belajar dari rumah. Mengimplementasikan PJJ dengan siswa berkebutuhan khusus, kata dia, mempunyai tantangan tersendiri. Kesabaran dan ketelatenan jadi faktor kunci.

“Terkadang jangankan mengikuti materi yang kami bagikan di WAG kelas, absen saja tidak dibaca. Saya pernah menelpon dan malah di-reject. Materi tidak dibaca dan tidak ditanggapi,” ucapnya.

Demi memenuhi layanan pendidikan kepada peserta didik ABK, Ranti ditemani guru inklusi Iwan, secara khusus mendatangani siswa di rumahnya. Hal ini dilakukan agar siswa terpenuhi hak belajarnya.

“Saya dan Pak Irwan door to door mendatangi rumah siswa. Saya sebagai wali kelas juga menanyakan kendala dan memberikan opsi untuk solusinya, sementara guru mapel ada yang door to door untuk memberikan LKPD,” terangnya.

Ranti juga menyampaikan sulitnya menuju rumah peserta didik yang tersebar di sekitar hutan dan kebun kelapa sawit. Bahkan, saat musim hujan, dia harus melewati genangan air setinggi lutut.

“Kalau musim hujan saya harus menyiapkan sepatu boots karena di daerah sana sering banjir. Hal ini dikarenakan mayoritas wilayahnya lahan gambut. Jadi kalau hujan air menggenang sampai setinggi lutut orang dewasa,” tuturnya.

Dia juga menjelaskan tantangan terbesar menghadapi peserta didik ABK ada di orang tua. Utamanya, terkait kepedulian orang tua terhadap PJJ yang sedang kita laksanakan. “Perhatian dan peran serta orang tua dalam mendampingi siswa ABK sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang siswa,” ujarnya.

Ranti memulai pembelajaran dengan menerapkan konsep MAU, yakni mengondisikan, aktifkan, dan umpan balik. Seperti yang dia terapkan kepada Aidil Fitriansyah, peserta didik yang diberi keistimewaan suka menyendiri dan lamban dalam belajar.

“Saya memulai pembelajaran dengan menanyakan ke ananda kenapa tidak merespon sama sekali di group. Saya juga berdiskusi dengan orang tuanya. Setelah mengetahui persoalannya, saya mulai menyampaikan materi pelajaran,” paparnya.

Ranti juga tetap berusaha memasukkan unsur pembelajaran aktif seperti mengalami, interaksi, komunikasi dan refleksi atau yang dikenal dengan MIKIR. Pada tahapan mengalami, Ranti mengajak peserta didik untuk mengenal barang-barang apa yang ada sekitar rumahnya.

Sebelum masuk ke penjelasan tentang jenis-jenis seni rupa, Ranti mengajak muridnya itu melihat barang-barang di sekitar rumahnya dan meminta menjelaskan fungsi barang tersebut. Aidil berhasil menjelaskan barang berikut fungsinya dengan cukup baik, seperti foto, lemari, kursi, meja, dan tempat tidur.

Kemudian, pada tahapan interaksi, Ranti meminta peserta didik mengidentifikasi barang tersebut masuk ke dalam jenis seni rupa apa. Ranti menjelaskan bahwa jenis seni rupa terbagi menjadi dua, pertama seni rupa berdasarkan bentuk, kedua seni rupa berdasarkan fungsinya. Berdasarkan bentuk terbagi menjadi seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi. Sedangkan berdasarkan fungsi terbagi menjadi murni dan terapan.

“Pada saat mengidentifikasi barang-barang tersebut, ananda mulai nampak kesulitan. Ananda masih belum memahami konsep jenis seni rupa baik berdasarkan bentuk maupun fungsinya meskipun telah dijelaskan sebelumnya,” jelasnya.

Ranti secara perlahan membantu mengidentifikasi barang di sekitar rumahnya berdasarkan bentuk dan fungsinya. Kemudian dia meminta peserta didik untuk menggambar barang yang ada di sekitarnya. Pada tahap ini nampak sekali peserta didik tidak percaya diri.

“Aidil memilih menggambar meja yang di atasnya ada televisi dan speaker. Saat menggambar Aidil ragu sekali. Dia memutar-mutar kertas. Dia menggaris, dihapus, begitu seterusya,” terangnya.

Pada momen ini, Iwan selaku guru yang khusus menangani siswa inklusi berperan memberikan motivasi dan mengarahkan peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya. “Jangan ragu, jangan ragu, buat saja dulu. Tidak apa-apa salah, yang penting Aidil selesaikan dulu,” tutur Iwan saat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.

Kemudian memasuki tahap komunikasi, Ranti meminta peserta didik menjelaskan gambar yang telah berhasil dibuat dan mengidentifikasikannya ke dalam jenis seni rupa apa. ”

Setelah ananda selesai mewarnai gambar yang telah dibuatnya, saya meminta ananda menjelaskan gambar tersebut dan mengelompokkannya ke dalam jenis seni rupa apa,” kata Ranti.

Pada tahap komunikasi ini, Ranti menjelaskan peserta didik sangat kesulitan dan kehilangan rasa percaya dirinya. Sehingga dia dan Iwan secara perlahan terus mendampingi dan memotivasinya.

“Pada saat menjelaskan ini, Aidil betul-betul sangat kesulitan sekali, kurang percaya diri, kemudian cara penyampaiannya harus banyak dipancing. Sehingga saya dan Pak Iwan terus berusaha memotivasinyaā€¯ tuturnya.

Di tahap refleksi, Ranti kembali memotivasi peserta didik bahwa mereka juga bisa mengerjakan dengan baik apa yang ditugaskan oleh guru. “Di akhir pembelajaran, saya kembali memotivasi Aidil agar mau terus belajar dan memuji sisi positif yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memberikan rasa percaya diri bagi Aidil,” pungkasnya.