Sektor Properti Mencerminkan Pertumbuhan Ekonomi

Inionline.id – Konsultan properti Colliers International mengingatkan, kinerja sektor properti mencerminkan gerakan pertumbuhan ekonomi. Dengan begitu, apabila terjadi resesi ke depannya, akan dipastikan pula berdampak kepada kondisi sektor properti nasional.

“Properti sangat terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi,” ujar Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam siaran tertulis, Senin, 21 September 2020.

Ferry melanjutkan, untuk itu dalam rangka membantu mengatasi efek resesi, termasuk kepada sektor properti, kebijakan pemerintah harus mampu meningkatkan daya beli masyarakat.

Hal tersebut, Ferry menambahkan, karena dengan kondisi saat ini daya beli masyarakat cenderung melemah. Ini membuat pengeluaran dipastikan akan lebih selektif sehingga lebih mengutamakan kebutuhan dasar sehingga akan sangat berpengaruh kepada pembelian properti.

“Bahkan tanpa adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kami nilai kemungkinan bahwa pada akhir 2020, tren pertumbuhan properti akan menurun, karena pertumbuhan dalam properti itu sejalan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau PDB,” ucap Ferry.

Dia memprediksi, pada semester kedua atau paruh terakhir 2021, industri properti di Tanah Air akan dapat mulai bangkit kembali.

Menurut Ferry, sebenarnya saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi properti. Pasalnya, disinyalir telah banyak investor mempersiapkan hal tersebut guna mengantisipasi jika sektor properti akan bangkit kembali pada masa mendatang.

Adapun Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (PEN) meyakini anggaran stimulus PEN, yang ditargetkan tersalurkan hingga Rp100 triliun akhir September 2020, akan memberikan daya ungkit ekonomi yang cukup besar pada kuartal III 2020, sehingga mampu memperbaiki pertumbuhan ekonomi dibanding kuartal sebelumnya.

“Tetapi, memang ada variabel lain yang kita tidak tahu apakah turunnya lebih dalam atau kemudian ada sektor lain yang tidak produktif, itu di luar perkiraan kita. Tapi, dengan bekerja keras salurkan Rp100 triliun, kita harap dalam tiga bulan terakhir ini kita bisa berikan daya ungkit ekonomi yang cukup besar untuk kuartal III,” tutur Ketua Satgas PEN Budi Gunadi Sadikin dalam jumpa pers daring dari Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, 16 September 2020.

Budi mengungkapkan, hingga awal pekan ini anggaran stimulus PEN yang sudah tersalurkan mencapai Rp87,5 triliun. Dengan begitu, dalam dua pekan terakhir, Satgas PEN akan mengebut pencairan anggaran agar mencapai Rp100 triliun untuk meningkatkan konsumsi domestik.

Di sisi lain, ekonom Elvyn G Massasya menilai kunci pemulihan ekonomi pada masa krisis akibat pandemi COVID-19 adalah dengan terlebih dahulu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Selain itu, Indonesia harus menerapkan transformasi model ekonomi serta melakukan subsidi silang (cross subsidy).

“Persyaratan utama untuk recovery ekonomi saat ini adalah dengan menyelesaikan dahulu masalah COVID-19. Untuk itu, harus dilakukan dengan segala cara (at all cost),” kata Elvyn.

Evelyn memaparkan, pandemi COVID-19 berdampak pada ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Pada triwulan I-2020, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 2,97 persen dan triwulan II-2020 terkontraksi 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019. Sedangkan triwulan III-2020 diperkirakan terkontraksi berkisar 3-4 persen.