Pengembang Menanggapi Rendahnya Kontribusi Properti Ke PDB

Inionline.id – Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida menuturkan, rendahnya mortgage sektor properti di Tanah Air salah satunya disebabkan tidak semua konstruksi pembangunan properti masuk dalam real estat.

“Ada yang masuk dalam konstruksi dan ada yang masuk dalam sektor properti,” ucap Totok, Kamis, 24 September 2020.

Padahal, Totok melanjutkan, sektor properti berdampak terhadap 174 sektor lainnya dan 3.500-an UMKM. Dia mengilustrasikan, UMKM yang memproduksi kasur banyak pesanan karena sektor properti bergerak.

“Ini perlu perhatian pemerintah untuk membantu menggerakkan sektor properti kembali,” ujar Totok.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Properti Hendro Gondokusumo, yang berpendapat pemerintah harus bisa lebih menaruh perhatian terhadap industri properti. Pasalnya, ada 175 sektor industri yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan sektor properti.

Menurut Hendro, kalau sektor properti meningkat akan berdampak langsung pada sektor yang berkaitan.

“Dengan kontribusi terhadap PDB yang masih kecil saja sektor properti nasional memiliki pengaruh yang demikian besar untuk industri ikutannya. Kami harapkan ke depan sektor ini mendapat perhatian lebih, apalagi berkaitan langsung tidak hanya dengan karyawan saja, tetapi dampaknya juga langsung bersentuhan dengan rakyat terutama kaitannya dengan perumahan,” kata Hendro.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Pahala Mansury mengatakan rasio mortgage atau rasio properti terhadap PDB Indonesia merupakan paling rendah di Asia Tenggara. Indonesia cuma 3,0 persen, lebih rendah dari Filipina yang 3,8 persen, Thailand 22,3 persen, Malaysia 38,4 persen, dan Singapura 44,8 persen.

Menurut Pahala, PDB Indonesia yang sebesar 3 persen ini mengindikasikan bahwa masih banyak ruang bisnis untuk dikembangkan. Selain itu, menggambarkan perkembangan sektor perumahan Indonesia memang masih sangat tertinggal.