Menurut Epidemiolog UGM: Pembukaan Sekolah Berisiko Munculkan Klaster Baru

Pendidikan157 views

Inionline.id – Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengizinkan sekolah yang berada di zona hijau melakukan pembelajaran tatap muka. Namun kebijakan ini dinilai berisiko dan berbahaya, bahkan dapat menimbulkan klaster-klaster covid-19 di pendidikan.

Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria, S.Ked., MPH., menyampaikan, pembukaan sekolah tatap muka baik di zona hijau maupun kuning perlu melalui proses asesmen yang menyeluruh. Asesmen dilakukan mulai dari kesiapan daerah hingga sekolah masing-masing terkait dengan protokol kesehatan.

Misalnya, terkait desain kelas, bagaimana proses siswa datang, pengawasan penggunaan masker, mencuci tangan, menjaga jarak hingga skenario seperti apa yang akan dijalankan jika ada yang terkonfirmasi positif. Namun, dia menilai pembukaan sekolah di tengah pandemi tetap berisiko dan berbahaya.

Sekolah secara tatap muka berisiko memunculkan klaster-klaster baru penularan covid-19. Sekolah tatap muka memiliki beberapa faktor risiko penularan karena ada kesulitan pengaturan jarak, penggunaan masker, ruang tertutup, waktu yang lama, serta interaksi antarorang secara dekat, terutama pada anak-anak kecil.

“Oleh karena itu, jika tidak dilakukan dengan baik dan benar bahkan di zona hijau maka bisa jadi sumber penularan baru,” kata Bayu dikutip dalam siaran pers UGM, Selasa, 18 Agustus 2020.

Bayu menyebutkan, pihak sekolah harus bisa memastikan pelaksanaan protokol kesehatan berjalan dengan ketat jika akan menyelenggarakan sekolah tatap muka. Salah satunya memastikan siswa yang datang benar-benar sehat, tidak ada gejala dan menjadi kontak dari kasus positif.

“Ini perlu kerja sama dengan pihak Dinkes (dinas kesehatan) untuk memverifikasi serta kejujuran orang tua siswa,” katanya.

Selanjutnya, pembatasan jumlah siswa di dalam kelas, pengurangan waktu tatap muka, pengaturan ventilasi yang baik, pengaturan kursi serta pembatasan interaksi di luar kelas. Lalu, pengawasan ketat terhadap pemakaian masker melalui edukasi ke siswa baik dari orang tua maupun guru serta adanya ketegasan jika ada yang melanggar.

“Tidak lupa asesmen dari pihak eksternal sekolah untuk melakukan pengecekan apakah sudah siap buka atau belum,” urainya.

Kendati begitu, dia menyebutkan, saat ini kegiatan pembelajaran sebaiknya dititikberatkan dilakukan secara daring. Namun dengan sejumlah perbaikan pada kerja sama antara sekolah dan orang tua. Sebab, menurutnya pembelajaran daring pun akan percuma jika anak-anak di rumah tetap bermain dengan temannya tanpa memakai masker.