Budaya kultur ngompos perlu di ditingkatkan sebagai pola meningkatkan ketahanan pangan skala rumah tangga

Rabu, 26 Agustus 2020, Nampak puluhan ibu-ibu nampak antusias mengikuti zoom dengan menerapkan protokol kesehatan menggunakan masker dan menjaga jarak. masyarakat terutama kalangan Ibu- ibu yang sudah biasa berkebun menyempatkan waktunya untuk dapat mengembangkan kebiasannya menjadi lebih produktif di tengah era adaptasi kebiasaan baru ini dengan kegiatan darling yang diselenggarakan direktorat pengelolaan sampah Dirjen PSLB3 KLHK dengan tema merubah sampah rumah tangga menjadi berkah dalam menopang ketahanan pangan di Kabupaten Bogor, Dr. Nofrizal tahar selaku direktur Pengelolaan Sampah Dirjen PSLB3 KLHK menyampaikan kabupaten Bogor dengan cakupan wilayah yang luas dengan beban sampah yang dihasilkan, hal ini perlu diberikan dukungan partisipasi publik untuk menyelesaikan sampah di Kab Bogor sehingga target yang ditetapkan oleh Presiden 30 % untuk kegiatan pengurangan sampah dapat terealisir. Persoalan sampah bisa diselesaikan oleh setiap rumah tangga, dengan kapasitas yang terbatas yang dimiliki pemerintah, sehingga perlu di dorong kegiatan partisipasi publik yang kuat.
Diungkapkan pula bahwa dari komposisi sampah kita 55 – 60% merupakan sampah organik dan punya potensi yang besar untuk menjadi kompos dan pupuk, juga dapat dikembangkan menjadi budidaya dengan tehnologi maggot dan menghasilkan produk untuk bahan baku pakan ternak, perikanan dan perternakan juga pupuk padat serta cair, dengan webinar ini diharpkan ada impac yang baik kepada kita untuk menhghasilkan kultur dan kebiasaan mengolah sampah di rumah, menjadi keharusan punya kompos di rumah, minimal dibuat kompos untuk tanaman sendiri untuk sayur mayur, tanaman obat dan bunga dari kompos yang kita produksi, apalagi dengan situasi pasca pancemi banyak yang berada di rumah sehingga gerakan ini bisa didorong sehingga kebutuhan seperti cabe, tomat, sayur bayam, kankung dll bisa kita sediakan di rumah dari sumber sampah dapur dan organik yang kita kelola, dengan paritispasi publik dan ini menjadi gerakan ketahanan pangan sehingga menjadi energy yang positif bagi persoalan pangan kita, dan dapat menjadi aksi konkrit setelah mengatasi ketahanan pangan melalui pengelolaan sampah.

Hal senada juga disampaikan oleh Kadis LH Kab Bogor Asnan.AP bahwa Sampah Kab Bogor yang terdiri dari 40 kecamatan dengan penduduk yang hampir 1 Provinsi 5,8 Jt jiwa sehingga jumlah sampah yang dihasilkan sangat besar sekitar + 2900 ton per hari , yang baru bisa diangkut hanya 600 ton / hari jadi masih sekian ribu ton yang belum tertangani, baru 1 unit TPA sehingga sangat berat beban di Kabupaten bogor, pola penanganan sampah saat ini kami coba pola 3 R ungkap Asnan dalam kesempatan Webinar Mengubah sampah Menjadi Berkah dalam menopang Ketahanan Pangan Di kabupaten Bogor, Sampah rumah tangga / organik hampir 43 % dan pemanfaatan sampah sedang didorong beberapa KRL dan Eco Viillage yang di dorong pemberdayaan masyarakat dan bekerjasama dengan BUMDES di setiap Desa untuk mengolah sampah rumah tangga sendiri melalui Bank sampah per Desa, di TPA Galuga ada pengelolaan air sampah yang dijadikan pupuk cair untuk tanaman, dan hasilnya cukup bagus untuk pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup Kab Bogor mencatat kenaikan smapah saat pandemik sekitar 15 %, untuk sampah plastik di Kecamatan Tenjo masyarakat memanfaatkan sampah plastic keras menjadi BATA / Conblock dan unk sisa makanan dengan pola kampung ramah lingkungan untuk kompos dan ternak sehingga hal ini minimal mampu mengurangi beban TPA Galuga di Kabupaten Bogor. Berbagai Kebijakan pemerintah Kabupaten Bogor juga dilakukan dengan Pergub pembatasan penggunaan plastic dan sterofon sejak 2018, DLH juga mendorong pemberdayaan masyarakat di desa untuk mengolah dan memilah sampah dapat bermanfaat , yang kita terus dikembangkan dari KRL di setiap desa. Asnan juga mengatakan akan terus mensuport berbagai kegiatan komunitas terutama dalam menopang ketahanan pangan.

Dalam kesempatan yang sama Aldi Supriyadi selaku Ketua Himpunan Petani Peternak Millenial Indonesia mengungkapkan bahwa Di masa pandemi, pertanian menjadi salah satu sektor yang masih tumbuh positif. Harus dilakukan berbagai upaya untuk mendongkrak kinerja sektor pertanian
Maka Penanganan Sampah di tenggah kondisi saat ini juga diperlukan kolaborasi dan penguatan kelembagaan dengan adanya pengelolaan sampah yang terintegrasi melalui adanya regulasi dan sarana pemilahannya dimulai dari tingkat masyarakat terkecil di tingkat rumah tangga, dan jika hasil pengelolaan sampah sudah mencapai skala besar dapat dikembangkan jejaring komunitas agar dapat dimanfaatkan untuk dipergunakan di sector pertanian sehingga petani atau peternak dapat menekan biaya perawatan pupuk yang mahal , hal inilah yang akan menopang sector ketahanan pangan jika pola tersebut dapat dikembangkan, serta menjadi stimulus ekonomi di tengah situasi pasca pandemi ini, ungkap Aldi .
Arhi elmeidian mewakili PaguyubanPegiat Maggot juga berharap masyarakat mulai mengelola sampah rumah tangga dengan tehnologi Budi daya maggot ini mampu memiliki nilai ekonomis yang menjanjikan karena kebutuhan pakan ternak dan pupuk dapat disuplai dari maggot sehingga peluangnya sangat terbuka lebar.