Corona Belum Usai, Penumpang Bandara AP I Hanya Naik 17 Persen

Ekonomi057 views

Inionline.id – PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I mengungkapkan pertumbuhan lalu lintas (traffic) penumpang di bandara yang dikelola perseroan hanya tumbuh 17 persen. Pasalnya, penumpang pesawat masih cenderung menunggu atau wait and see hingga kondisi pandemi virus corona membaik.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan pertumbuhan penerbangan lebih tinggi dibandingkan kenaikan jumlah penumpang.

“Pertumbuhan penerbangan sudah 35 persen, tapi penumpangnya baru 17 persen. Masih ada persoalan di level of confidence (tingkat kepercayaan diri),” ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (22/7).

Ia menuturkan kondisi terparah pada bandara yang dikelola AP I terjadi pada Mei lalu. Saat itu, jumlah penumpang hanya di kisaran 75 ribu orang, dibandingkan kondisi normal mencapai 7,5 juta penumpang.

“Hampir 99 persen trafik menurun signifikan,” ujarnya.

Faik menuturkan pihaknya mengadakan riset. Hasilnya 84 persen masyarakat mengaku akan melakukan penerbangan, namun menunggu kondisi membaik. Lalu, sebanyak 68 persen memilih untuk melakukan mobile check-in dan meninggalkan cara-cara konvensional. Sedangkan, 76 persen responden memilih teknologi biometrik untuk pengecekan sidik jari dan pengenalan wajah serta menggunakan e-paspor.

“Jadi, peran teknologi akan dominan di normal baru ini dan menjadi tantangan kita dibanding moda transportasi lain,” katanya.

Untuk itu, lanjutnya, perseroan menyiapkan aplikasi di mana calon penumpang bisa langsung mengunggah dokumen kesehatan. Ketika sampai di bandara, mereka tinggal memindai kode batang (barcode).

Rapid Test Bisa Lebih Murah

Dalam kesempatan yang sama, ia mengatakan sejumlah pihak bisa menyediakan rapid test dengan harga yang lebih rendah dari yang ditetapkan pemerintah. Saat ini, pemerintah mematok harga rapid test maksimal Rp150 ribu. Menurutnya, rapid test dibutuhkan untuk membangun kepercayaan diri penumpang sebelum terbang.

“Jadi policy (kebijakan) saya di bandara siapapun boleh berusaha proses rapid tapi harganya harus paling murah. Siapa yang bisa paling murah terkait tempat dan sebagainya, kami fasilitasi,” ucapnya.

Menurut dia, pertumbuhan transportasi udara cenderung lebih lambat dibanding moda transportasi lain. Meskipun, protokol kesehatan sudah diterapkan sangat ketat.

“Di udara saya yakin protokol udara sudah sangat baik dari konsistensi ketentuan sudah sangat dipatuhi. Kami dari pelaksana maupun juga penumpang awal-awal memang ada penumpukan di bandara, tapi sudah kita atasi dengan baik dan kami pantau,” katanya.