Mayoritas Siswa Belajar Dua Jam Sehari Selama Pandemi

Pendidikan057 views

Inionline.id – Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno menyebut, jam belajar siswa menipis selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bahkan mayoritas siswa hanya belajar maksimal dua jam dalam sehari.

“Hambatan belajar terjadi yang menjadikan variasi jumlah jam belajar. Mayoritas maksimum dua jam sehari. Kebanyakan tidak sampai satu minggu lima hari. kebanyakan maksimum empat hari,” ujar Totok dalam Rapat Kerja antara Kemendikbud dengan Komisi X DPR, Senin, 22 Juni 2020.

Dengan begitu, kemungkinan siswa kehilangan pengalaman belajar dapat terjadi. Lebih lanjut, Totok mengungkapkan, beberapa hambatan yang membuat siswa sulit mengikuti PJJ.

“Yang fenomenal, selain keluhan internet tidak lancar, kesulitan memahami materi dari buku. Siswa dalam memahami materi masih sangat butuh bantuan guru,” ujarnya.

Beruntung kata Totok, saat peran guru tidak begitu optimal, dapat digantikan peran orang tua bisa lebih masif selama di rumah. Dalam catatannya, sudah hampir seluruh orang tua mampu mendampingi anak di rumah.

“89 persen hampir 90 persen orang tua mendampingi anak di semua level. Ini hal yang Saya kira orang tua tergerak,” lanjutnya.

Hingga saat ini, program belajar dari rumah telah mencapai angka 95 persen. Pihaknya kini mengaku tinggal membenahi materi yang harus disiapkan guru agar siswa mendapat kompetensi yang sama ketika belajar di rumah.

Approach projective learning, activity based learning, harapannya lebih memandu anak. Tidak memahami konsep secara kering, tapi bagaimana belajar dari modul. Nanti akan ada kemungkinan melebarnya capaian anak. Terutama untuk anak kurang mampu akan fasilitas,” ujarnya.