Sri Mulyani Sebut Corona Mengganggu Stabilitas Sistem Keuangan RI

Ekonomi057 views

Inionline.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut stabilitas keuangan berpotensi terganggu akibat penyebaran virus corona, baik di global maupun di dalam negeri. Pasalnya, asing terus menarik dananya dari Indonesia, rupiah bergerak volatile, dan pasar saham bergejolak.

“Virus corona memiliki potensi mengganggu stabilitas sistem keuangan,” ucap Ani, panggilan akrabnya, dalam video conference, Senin (11/5).

Ia bilang pemerintah belum bisa memproyeksi secara pasti sampai kapan penyebaran virus corona terus berlangsung. Hal ini akan bergantung dari perkembangan penambahan kasus di global dan dalam negeri.

“Saat ini, belum tahu berapa lama virus corona akan terjadi sehingga kontraksi ekonomi di dunia belum dapat diestimasi secara akurat,” kata Ani.

Untuk mengurangi dampak penyebaran virus corona, pemerintah telah menyiapkan penambahan alokasi belanja sebesar Rp405,1 triliun. Dana itu digunakan untuk memberikan insentif di sektor kesehatan, penambahan bantuan sosial kepada seluruh masyarakat yang terdampak, insentif untuk pelaku usaha, dan pemulihan ekonomi.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan pihaknya berupaya untuk menstabilkan rupiah yang terus terkoreksi sejak awal tahun, mengendalikan inflasi, dan melakukan koordinasi dengan pemerintah serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menentukan bauran kebijakan demi menjaga ekonomi dalam negeri.

“Bauran kebijakan BI terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu penurunan suku bunga menjadi 4,5 persen, penurunan suku bunga secara konsisten dengan perkiraan inflasi rendah dan terkendali,” papar Perry.

Selain itu, BI juga melakukan intervensi pasar dengan membeli surat berharga negara (SBN) yang dilepas asing di pasar sekunder demi menjaga nilai tukar rupiah. Dengan berbagai upaya ini, BI optimistis nilai tukar rupiah akan berada di bawah Rp15 ribu per dolar AS.

“Dengan stabilisasi rupiah, maka rupiah akan bergerak menguat dari yang semula hampir menembus Rp17 ribu per dolar AS sekarang di bawah Rp15 ribu per dolar AS. Kami yakin rupiah masih undervalue,” tandas Perry.