Sekolah Harus Melonggarkan Target Belajar Saat Pandemi

Pendidikan157 views

Inionline.id – Perubahan sosial yang terjadi akibat merebaknya penyebaran virus korona (covid-19) menyebabkan kegagapan dalam proses penyesuaian kegiatan belajar mengajar. Sehingga, sebuah pembelajaran ideal tidak mungkin dicapai di masa pandemi seperti saat ini.

“Oleh karena itu, guru dan dosen harus cepat menyesuaikan keadaan dengan mengubah target capaian, dan kemudian metode pembelajarannya. Jangan sampai guru dan dosen membebani peserta didiknya dengan pembelajaran di saat mereka mengalami keterbatasan sosial dan ekonomi,” kataPakar pendidikan Universitas Brawijaya (UB), Aulia Luqman Aziz, Minggu, 2 Mei 2020.

Kegagapan dalam menyesuaikan metode belajar mengajar seharusnya bisa diantisipasi jika pemerintah melakukan kajian terkait penyebaran covid-19 di Indonesia sejak awal. Jika memang belum siap dengan pandemi, maka seharusnya pemerintah memberikan kelonggaran target yang dituju.

“Siswa tidak dapat fasilitas akademik dan sosial yang memadai untuk belajar, tapi targetnya tetap. Gambarannya seperti pemain bola yang cidera kakinya, maka latihan-latihan yang ditargetkan untuk dia otomatis dikurangi dulu hingga kondisinya normal kembali. Yang awalnya harus bisa nendang bola sejauh 100 meter, sekarang yang penting bisa lari-lari kecil dulu,” terangnya.

Meskipun masih banyak kelemahan dalam proses pembelajaran, Luqman mengaku bahwa terdapat pelajaran positif yang bisa diambil dari pendidikan di masa covid-19. Salah satunya adalah kembalinya peran orang tua sebagai madrasah belajar anak.

“Fondasi penting dari segala pendidikan adalah waktu yang berkualitas yang dihabiskan oleh orang tua bersama anak-anaknya. Bimbingan, aturan, ilmu, dan wawasan yang dibagikan oleh orang tua akan banyak bermanfaat bagi sang anak,” terangnya.

Luqman juga menyampaikan, proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring yang dilakukan selama pandemi virus korona atau covid-19 memberikan sebuah pelajaran berharga bagi dunia pendidikan. Yakni terkait lebih efektifnya kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dibanding secara daring.

“Selamanya profesi guru tidak akan tergantikan oleh teknologi. Pembelajaran penuh secara daring akhir-akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orang tua,” ujarnya.

Luqman menyebutkan, fenomena keluhan dari peserta didik maupun orang tua tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Tetapi fenomena serupa juga terjadi di negara maju sekalipun seperti Amerika Serikat.

“Bagaimanapun, pembelajaran terbaik adalah bertatap muka dan berinteraksi dengan guru dan teman-teman,” imbuhnya.

Luqman menilai, terdapat nilai yang bisa diambil oleh siswa dalam proses belajar mengajar secara tatap muka. Mulai dari proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral yang hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial di suatu area pendidikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *