LSI Memprediksi Ekonomi Indonesia Buka Juni 2020

Ekonomi057 views

Inionline.id – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi kegiatan perekonomian di Indonesia bisa kembali beroperasi mulai bulan Juni 2020, meski pandemi virus corona (covid-19) masih berlangsung.

Dalam riset ‘Indonesia Kembali Bekerja: Lima Kisi-kisi’, LSI Denny JA menilai ekonomi Indonesia bisa berjalan jika ada pelonggaran pembatasan.

“Catatan Juni 2020, Indonesia secara bertahap dan selektif bekerja kembali tentunya dengan panduan dab data riset pengalaman LSI,” kata Peneliti LSI Denny JA Ikram Masloman dalam siaran via Zoom, Sabtu (16/5).

Pertama, pelonggaran dimulai pada daerah-daerah yang telah menunjukkan tren penurunan kasus. Mereka menyebut ada lima daerah yang bisa melakukan pelonggaran, yaitu DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Bandung Barat, dan Provinsi Bali.

Kedua, pelonggaran dilakukan kepada kalangan yang lebih fit. Misalnya warga yang diperbolehkan kembali bekerja adalah berusia 45 tahun ke bawah.

“Mereka yang berada di bawah 45 tahun itu mortalitasnya hanya 0,2 persen. Artinya mereka yang meninggal itu 0,2 persen. Namun ketika mereka menerapkan protokol covid yang ketat, tentu berharap tingkat kematian bisa terhindarkan,” ujarnya.

Ketiga, pelonggaran berlaku bagi orang yang tak punya penyakit bawaan. LSI mencatat hipertensi, diabetes melitus, jantung, ginjal, dan paru-paru kronis menjadi penyakit yang paling banyak diidap korban corona yang meninggal dunia.

Keempat, masyarakat harus terbiasa dengan tatanan hidup baru alias new normal. Masyarakat harus disiplin menjaga jarak, menjaga kebersihan, dan menjaga kesehatan dalam menjalani aktivitas kerja.

Kelima, semua pihak diminta serius menangani corona. LSI Denny JA menyarankan agar tidak ada lagi upaya delegitimasi antar lembaga pemerintah terkait corona.

LSI Denny JA menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan pelonggaran ini. Sebab dalam riset, ekonomi seluruh dunia mengalami kemunduran. Di Indonesia, ada potensi 30 juta pekerja terkena PHK.

“Kalau fokus pada pandemi saja, tanpa memikirkan ekonomi domestik warga, saya pikir ini akan berefek pada the hungry man becomes the angry man, chaos, tidak ada legitimasi pemerintah, dan memperparah kondisi,” ucap Ikram.

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. LSI Denny JA menggunakan data sekunder dari tiga lembaga, yakni Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, situs worldometers.org, dan WHO.