Penyelamatan Harimau Sumatera Corina di tengah Pandemi Corona

Antar Daerah257 views

Inionline.id – Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) yang dikelola oleh Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD) telah menerima satu individu Harimau Sumatera (Pantera tigris sumatrae) yang diberi nama Corina pada Senin, 30 Maret 2020. Corina dievakuasi oleh Balai Besar KSDA Riau dari area Konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. RAPP Blok Meranti di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Corina diselamatkan dari seling jerat yang meninggalkan luka dalam di kaki kanan depannya setelah melalui proses evakuasi yang dimulai pada Minggu, 29 Maret 2020. “Kami sangat berharap Corina bisa diselamatkan oleh Tim PR-HSD yang sebelumnya pernah merehabilitasi tiga individu Harimau Sumatera yang juga kami evakuasi dari Riau yaitu Bonita, Atan Bintang dan Inung Rio pada tahun 2019 yang lalu.” ungkap Suharyono, Kepala Balai Besar KSDA Riau.

Corina tiba di site PR-HSD di Dharmasraya, Sumatera Barat pada Senin, 30 Maret 2020 setelah menempuh 18 jam perjalanan darat. Serah terima dilakukan langsung oleh Kepala Balai Besar KSDA Riau didampingi oleh perwakilan Balai KSDA Sumatera Barat kepada Drh. Saruedi Simamora, Manager Operasional PR-HSD. “Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan pemerintah kepada YAD untuk mendukung konservasi Harimau Sumatera melalui 3R (Rescue, Rehabilitasi dan Rilis) yang telah kami lakukan terhadap 7 individu harimau selama hampir 3 tahun berdirinya PR-HSD,” jelas Catrini Kubontubuh, Direktur Eksekutif YAD.

Sehari setelah tiba di PR-HSD, tim medis yang dipimpin langsung oleh Drh. Saruedi Simamora melakukan pemeriksaan medis setelah terlebih dahulu membius dengan cara ditulup. Hasil pemeriksaan medis sebagaimana telah dilaporkan oleh YAD kepada Kepala Balai KSDA Sumbar, Kepala Balai Besar KSD Riau, Direktur KKH, dan Dirjen KSDAE-KLHK, meliputi pemeriksaan fisik, darah, dan parasit. Corina yang berjenis kelamin betina dengan berat 77,8 kg, panjang 170 cm dan berusia 3 tahun, didiagnosa mengalami anemia dan laserasi. Anemia terjadi karena penurunan sel darah merah namun tidak dalam jumlah yang signifikan. “Laserasi atau luka baru akibat jerat sangat dalam namun beruntung tendon (jaringan ikat yang menghubungkan jaringan otot dan tulang) tidak terputus,” jelas Drh. Simamora. “Kami mengupayakan pengobatan yang terbaik, walau kemungkinan terburuknya kaki kanannya bisa diamputasi,” imbuhnya.

Secara terpisah, Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD) selaku penggagas PR-HSD mengungkapkan keprihatinannya tentang pemasangan jerat oleh para pemburu liar yang mengancam kelestarian Harimau Sumatera. “Kami sangat sedih dengan masih belum sadarnya masyarakat untuk menjaga kelestarian satwa liar yang akan punah apabila terus diburu,” tuturnya. Ia juga mengapresiasi kerja para petugas Balai Besar KSDA Riau yang masih terus bekerja dalam situasi pandemi virus corona saat ini. “Kami mengirimkan dukungan berupa vitamin untuk peningkatan imunitas bagi 200 petugas Balai Besar KSDA Riau yang tersebar di pelosok-pelosok,” pungkas Hashim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *