Rahmat Hidayat Si Juara Asia Junior Itu Ingin Ikuti Jejak Hendra Setiawan

Inionline.id – Pebulutangkis muda Rahmat Hidayat ingin mengikuti jejak  Hendra Setiawan sebagai pebulutangkis ganda putra yang disegani. Rahmat ingin menjadi juara dunia.

Rahmat tercatat sebagai atlet asal PB Djarum yang paling sukses di tahun 2019. Dia mengantongi 12 gelar, rekor baru klub PB Djarum, di sepanjang tahun lalu. Biasanya, pemain-pemain Djarum hanya mampu mengoleksi gelar delapan atau sembilan gelar baik level nasional maupun internasional.

Dua di antaranya, gelar di Kejuaraan Asia Junior 2019 di nomor ganda putra dan ganda campuran kategori U-17. Catatan emas itu pun diapresiasi khusus oleh Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, dalam seremoni pemberian bonus di kawasan Thamrin, Jakarta.

“Secara tradisi setiap tahun kami memberikan apresiasi kepada atlet muda berprestasi. Begitu pun dengan tahun ini. Tapi ada yang saya beri apresiasi khusus karena ada atlet yang meraih 12 gelar sepanjang tahun. Biasanya, atlet kami puncaknya 8-9 gelar, tapi dia bisa lebih dari itu,” kata Yoppy, dalam jumpa persnya.

Rahmat pun diganjar bonus sebesar Rp 20 juta bersama pasangannya, Muhammad Rayhan Nur Fadillah. “Sebenarnya sih tak menyangka bisa meraih 12 gelar. Awalnya, coba saja yang terbaik ternyata bisa juara terus. Seperti di pembangunan Jaya Raya Junior Grand Prix 2019, Kejuaraan Nasional, dan Kejuaraan Asia Junior, itu kan lawan-lawannya susah tapi senang bisa juara,” kata Rahmat, terpisah.

Rahmat memang bukan atlet yang langsung jadi pebulutangkis. Saat usianya masih menginjak 6 tahun dia sama seperti anak kecil lainnya yang suka main bola. Sampai-sampai orang tuannya memasukkan ke kursus sepakbola.

Minat pemain asal Batam itu mulai terbagi ketika melihat Taufik Hidayat di layar kaca. Taufik yang menyajikan pukulan back hand-nya seketika membuat Rahmat terpana. Dari situ lah mimpinya menjadi pebulutangkis mulai terpupuk.

“Awalnya orang tua tidak setuju karena saya lebih dulu sepakbola. Tapi akhirnya mereka mendukung dan memasukkan ke klub bulutangkis Bandar Baru Batam. Setelah itu saya pindah ke Tangerang, dan pindah ke klub Rajawali. Saat itu saya main di tunggal,” katanya.

“Nah, ketika coba di Djarum saya ikut audisi khusus. Jadi karena saya dilihat tidak berprestasi di tunggal akhirnya coba nomor ganda dan masuk. Waktu itu yang tes pelatih Sigit Budiarto,” kata pemain kelahiran Batam, 17 Juni 2003 itu.

Karena beralih ke nomor ganda, idola Rahmat pun ikut berubah. Dari Taufik Hidayat menjadi Hendra Setiawan. Hendra pemain paling berpengaruh di bulutangkis internasional. Di usianya yang menginjak 35 tahun dia meraih gelar juara dunia, All England, dan BWF World Tour Final pada 2019. Bersama Mohammad Ahsan, Hendra juga menempati peringkat dua dunia.

“Pertamanya saya melihat Taufik Hidayat, tapi beralih ke double jadi ingin menjadi Hendra Setiawan. Pindah idola sebenarnya gak susah, justru yang sulit adalah menyatukan chemistry dengan rekan dan itu masih sampai sekarang PR-nya,” kata kemudian tertawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *