Serangan Drone AS Tewaskan 30 Petani di Afghanistan

Internasional057 views

Inionline.id – Serangan pesawat tanpa awak (drone) milik Amerika Serikat yang dimaksudkan untuk menyerang markas ISIS di Afghanistan justru menewaskan 30 warga sipil. Para korban itu merupakan para petani kacang pinus yang tengah beristirahat setelah lelah seharian bekerja.

Serangan tersebut terjadi pada Rabu (18/9) malam waktu setempat. Selain menewasan 30 orang, drone melukai 40 orang warga sipil secara tidak sengaja. Mereka baru saja selesai mengumpulkan kacang pinus di pegunungan Wazir Tangi, Provinsi Nangarhar Timur, Afghanistan.

Tiga pejabat Afghanistan membenarkan informasi tersebut. “Para pekerja sedang menyalakan api unggu untuk duduk bersama ketika sebuah drone menargetkan mereka,” kata Kepala Suku setempat, Malik Rahat Gul, kepada Reuters.

Kementerian Pertahanan Afghanistan dan seorang pejabat senior AS di Kabul mengkonfirmasi serangan tersebut. Namun, tidak menyebutkan secara rinci warga sipil yang menjadi korban.

“Pasukan AS melakukan serangan menggunakan drone terhadap teroris di IS di Nangarhar. Kami menyadari tuduhan kematian salah sasaran. Kami akan bekerja sama dengan pejabat setempat untuk menentukan fakta,” kata Juru Bicara AS, Sonny Legget.

Seperti diketahui, sekitar 14 ribu tentara AS saat ini tengah berada di Afghanistan. Mereka melatih pasukan keamanan Afghanistan dan melakukan operasi kontra-pemberontakan melawan pasukan ISIS dan gerakan Taliban.

Salah satu warga Nangarhar, Haidah Khan yang memiliki ladang kacang pinus mengatakan, ada sekitar 150 pekerja pada waktu penyerangan yang tengah memanen pinus. Beberapa petani dinyatakan hilang, sebagian lagi terkonfirmasi menderita luka-luka dan meninggal dunia.

Salah seorang yang selamat dari serangan itu menyatakan, sekitar 200 buruh tengah tidur di lima tenda yang berdekatan. “Beberapa dari kami berhasil melarikan diri. Beberapa terluka tapi banyak yang terbunuh,” kata salah seorang saksi, Juma Gul kepada Reuters.

Akibat serangan yang diduga salah sasaran tersebut, warga Provinsi Nangarhar Timur menuntut permintaan maaf dan kompensasi dari pemerintah AS. “Kesalahan seperti itu tidak bisa dibenarkan. Pasukan Amerika harus menyadari, mereka tidak akan pernag memenangkan perang dengan membunuh warga sipil yang tidak berdosa,” kata salah seorang warga, Javed Mansur.

Sementara itu, Juru Bicara Provinsi Nangarha Timur, Attaullah Khogyani, mengatatakan, serangan udara yang dimaksudkan memang untuk menargetkan gerilyawan IS. Mereka diketahui kerap kali menggunakan lahan pertanian untuk tujuan pelatihan dan rekrutmen anggota. Namun, untuk kali ini, penyerangan salah sasaran.

Sebagaimana diketahui, kelompok IS pertama kali muncul di Afghanistan pada tahun 2014. Sejak saat itu, mereka melakukan perlawanan terhadap peemrintah Afghanistan, pasukan AS, bahkan Talibat. Jumlah persis tentaran IS hingga kini sulit dihitung. Namun, AS memperkirakan ada sekitar 2.000 tentara IS di Afghanistan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *