PULUHAN WARGA DESA CIBODAS ONTROG PERUSAHAAN PETERNAKAN AYAM YANG MENCEMARI LINGKUNGAN

Antar Daerah557 views

Inionline.id – Puluhan warga Desa Cibodas Kecamatan Rumpin mendatangi PT. Kurnia Jaya Farm, sebuah perusahaan ternak ayam telor  di Kp. Manglad RT 003 RW 05 Desa Cibodas Kecamatan Rumpin.

Warga menuntut perusahaan tersebut bertanggung jawab atas limbah kotoran ayam yang diduga telah terkontanimasi dengan bahan kimia dan sudah mencemari lingkungan sekitar. Warga juga menuntut perusahaan segera membuat saluran khusus yang memadai.

“Kami menuntut perusahaan membenahi dan membuat saluran irigasi pembuangan limbah yang melintas lingkungan warga Kp. Manglad Desa Cibodas Kecamatan Rumpin. Karena saat ini warga yang dirugikan akibat dampak limbah kotoran ayam dari perusahaan tersebut,” cetus Erik (29) seorang warga kepada inionline.id, Selasa (15/7/2019).

Erik mengungkapkan, dampak limbah kotoran ternak ayam sebenarnya sudah dikeluhkan sejak lama. Pasalnya, akibat limbah tersebut warga sekitar tidak bisa bercocok tanam, air sumur terdapat belatung dan ikan-ikan peliharaan di Empang/kolam milik warga juga mati. “Pokoknya semua usaha dan kebutuhan warga yang berhubungan dengan tanah jadi tercemar limbah.”  Tandasnya.

Terkait aksi ini, Penjabat (Pj) Kepala Desa (Kades) Cibodas Tatang menjelaskan, kedatangan warga ke perusahaan ternak ayam itu untuk menuntut pemilik ternak segera membuat irigasi saluran limbah kotoran ayam yang memadai agar tidak ada lagi dampak pencemaran lingkungan. “Tadi saya bersama pak Danramil Rumpin dan Kanit Satpol-PP Kecamatan Rumpin, sudah berbicara dengan pemilik perusahaan untuk menjembatani warga dan menyampaikan aspirasi mereka,.” ujarnya.

Sementara Mega, seorang perwakilan  PT. Kurnia Jaya Farm mengatakan, pimpinannya sedang tidak ada di lokasi. Namun dirinya berjanji akan segera membuat laporan kepada pimpinannya yang saat ini sedang berada di Jakarta. ” Saya tidak punya kewenangan, tapi akan saya laporkan hal ini kepada Boss,” ujarnya.

Dia menerangkan, sebetulnya pihak perusahaan sudah merespon masalah ini sejak dulu. Namun waktu itu terkendala atau tidak ada titik temu soal kesepakatan lahan. “Infonya tanah itu mau dibayar oleh perusahaan, tapi warga maunya uang kerohiman setiap bulan dari perusahaan. Tapi saya kurang tau jelas, namun sejak itu tidak ada warga yang kesini lagi untuk membicarakan persoalan itu.” Pungkasnya. (Mul)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *