Mahasiswa Harus Diajari Mata Kuliah Literasi Berbasis Teknologi

Pendidikan457 views

Inionline.id – Era Revolusi Industri 4.0 menuntut mahasiswa menguasai literasi data. Oleh karena itu diperlukan mata kuliah baru yang bisa mengajari mahasiswa tentang literasi berbasis teknologi tersebut.

Plh Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Intan Ahmad mengatakan, dengan adanya Revolusi Industri 4.0 maka kampusnya sejak semester lalu telah memberikan mata kuliah elektif di bidang big data dan coding.

Dia menyampaikan, perguruan tinggi memang perlu melakukan berbagai program yang dapat mempersiapkan para mahasiswa dan lulusannya untuk berkiprah di era digital dan dapat memperoleh manfaat dari era masa kini tersebut.

Dunia bisnis dan industri akan semakin banyak menggunakan teknologi otomasi, serba komputer, daring dan serba mesin yang diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan.

“Maka kita perlu merespon era revolusi industri tersebut dengan sistem pendidikan yang menjawab tantangan masa kini dan bukan masa lampau,” katanya pada wisuda UNJ di Jakarta, kemarin.

Dalam wisuda kemarin UNJ meluluskan 1,760 orang terdiri dari 74 lulusan D3, program Rekognisi Pembelajaran Lampau ada 22, S1 sebanyak 1.249 orang, S2 269 orang dan S3 146 orang.

Sampai saat ini total alumni UNJ mencapai 117.855 orang. Mantan Dirjen Belmawa Kemenristekdikti ini menjelaskan, tahun ini mata kuliah big data dan coding menjadi mata kuliah wajib bagi semua mahasiswa baru.

Tidak hanya bagi mahasiswa jurusan eksakta namun juga social budaya wajib mengambil kedua mata kuliah tersebut.

Dia menjelaskan, selain literasi bahasa Inggris maka literasi data dan teknologi adalah kemampuan yang tidak bisa dinafikan bagi generasi muda.

Sebab, jelasnya, jika kita memahami data maka mereka pun akan mampu membaca dan menggunakan data tersebut untuk kehidupan.

Guru besar biologi ITB ini menyampaikan, kedua mata kuliah ini merupakan mata kuliah pendahuluan bagi seluruh mahasiswa baru UNJ.

Namun bagi mahasiswa jurusan sains maka dipersilahkan mengambil mata kuliah lanjutan lain untuk mendalami kedua materi tersebut.

“Kita ingin agar mahasiswa lebih siap menghadapi revolusi industri 4.0 ini. Ekonomi digital yang berubah cepat. Tentu hal lain seperti kreativitas, kolaborasi, cara berpikir tingkat tinggi kita kembangkan terus karena itu adalah kunci sukses,” katanya.

Sebagai kampus eks IKIP, UNJ dikenal dengan kampus yang memiliki banyak mahasiswa olahraga, Intan mengatakan, mahasiswa bidang keolahragaan pun wajib mengambil mata kuliah ini.

Sebab untuk meningkatkan prestasi dan juga kemampuan di bidang olahraga juga tidak terlepas dari pemahaman akan data.

Intan yakin jika mahasiswa atlet ini memahami data maka mereka pun akan dengan mudah berpikir kritis dan menganalisis tantangan kedepan.

Sementara Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan memasuki era revolusi industri 4.0, era disrupsi teknologi, diperkirakan 75-375 juta orang di dunia akan beralih profesi, dan akan muncul profesi baru karena dampak pertumbuhan teknologi yang begitu cepat. Hal ini membuat perguruan tinggi dituntut untuk siap menghadapi perubahan teknologi.

“Mau tidak mau, suka atau tidak suka, teknologi akan hadir dalam kehidupan kita,’’ katanya. Nasir pun meminta pimpinan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitas dosen agar memiliki kompetensi inti yang akan dibutuhkan pada revolusi industri 4.0.

Lulusan perguruan tinggi sangat bergantung dengan kualitas sistem pembelajaran di kampus dan kualitas dosen yang mengampu mata kuliah.

Sebab, katanya, realitasnya adalah di era perkembangan teknologi saat ini masih banyak lulusan tidak memiliki kompetensi sesuai dengan apa yang diambil dalam bidangnya.

Mantan rektor Undip ini menambahkan, menghadapi tantangan tersebut Kemenristekdiki bersama perguruan tinggi harus mereformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi.

Seperti deregulasi, penyediaan pendidikan yang fleksibel dan berorientasi pada mahasiswa serta pangsa pasar, penajaman kurikulum, orientasi pada keterampilan yang teruji dan berdaya saing.

Selain itu juga pengembangan bidang ilmu strategis, revitalisasi kelembagaan, kemampuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang kompetitif, sampai pada peningkatan keskolaran, kreativitas dan kegiatan entrepreneurial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *