Komunitas Pendidikan Ini Ubah Karang Taruna Jadi SMP Terbuka

Pendidikan057 views

Inionline.Id – Komunitas Pendidikan asal Bandung yang sudah ada sejak tahun 2015, Matahari Kecil, berhasil mendirikan sebuah SMP Terbuka.

“Komunitas ini berawal dari Karang Taruna Kompleks Gading Regency Soekarno Hatta Kota Bandung,” kata pendiri Matahari Kecil, Yasser Muhammad Syaiful.

Hingga kini, sudah ada 50 siswa aktif yang terdiri dari kelas VII sampai IX di SMP terbuka. Mereka yang menimba ilmu di SMP terbuka sama sekali tidak dipungut biaya.

Pembentukan SMP Terbuka Matahari Kecil, kata Yasser, sebagai wujud keprihatinan terhadap anak-anak dari keluarga kurang mampu yang berkeliaran di jalan saat anak-anak lainnya sedang berada pada jam sekolah.

“Jadi waktu itu Karang Taruna Gading Regency menemukan tiga anak yang pendidikannya terhenti di SD. Awalnya mereka berniat menyalurkan ketiga anak tersebut ke SMP Terbuka Firdaus yang berlokasi di daerah Arcamanik, Bandung,” katanya.

Akan tetapi, karena kuota murid di SD tersebut penuh, Yasser dan kawan-kawan Karang Taruna Gading Regencu membuka sekolah terbuka sendiri di Masjid Gading Regency.

Saat itu, tim pengajar sekitar 20 orang berasal dari anggota Karang Taruna dan para penghuni kompleks perumahan itu.
Seiring berjalannya waktu, Yasser memutuskan membuat struktur organisasi mandiri Matahari Kecil yang kemudian melahirkan tim terbagi menjadi enam divisi, yaitu “sociopreneur”, “secretary”, “creative project”, “human resource”, “public relations”, dan “documentation”.

Belum lama ini, Yasser memutuskan menambah divisi project management karena sekolah terbuka yang semakin luas jangkauannya dan perlu diperhatikan secara khusus.

Sebagai sekolah terbuka, kurikulum SMPT Matahari Kecil menginduk kepada SMPN 8 Bandung, sedangkan murid kelas IX pun mengikuti UASBN dan UNBK di tempat itu, namun seluruh pengajar berasal dari sukarelawan.
Pihak SMPN 8 hanya mengirimkan delegasi untuk memantau kegiatan belajar mengajar. Sebagian buku pelajaran pun didapat dari SMPN 8, sedangkan jumlah terbanyak didapat dari donatur.

“Ada buku dari SMPN 8, tapi itu sedikit banget. Ada dari donasi. Ada beli sendiri pakai uang Matahari Kecil. Tapi dari donasi sih paling banyak,” kata Yasser.

Menurut Yasser, tantangan terbesar dihadapi Matahari Kecil adalah membentuk karakter siswa-siswinya.
Ia mengemukakan keterbatasan ekonomi dan lingkungan yang kurang baik membuat para murid tidak mendapatkan pendidikan karakter yang cukup, namun peran pengajar dan sistem yang cukup dapat mengubah karakter para muridnya.

“Waktu awal 13 anak masuk ke SMP kita, itu kacau banget, udah kayak serabutan. Di kelas bajunya keluar, ngomognnya kasar. Tapi setelah enam bulan itu berubah,” katanya.

Ia menyebut tahapan itu sebagai hal yang paling sulit. “Nah, sebenernya proses itu yang paling sulit. Pembentukan karakter itu, wah, berdarah-darah deh, kerasa banget,” kata Yasser.

Kendala lainnya adalah kurang kooperatif beberapa orang tua murid. Meskipun tak sedikit orang tua mendukung penuh pendidikan anaknya, sebagian di antara mereka terkesan tak acuh terhadap pilihan anaknya untuk melanjutkan pendidikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *