Dinamika Pilkada Papua dan Jatim Terus Dicermati

JAKARTA – inionline.id

Meski tensi politik menjelang Pilkada serentak 2018, masih adem ayem saja, pengawasan tetap diintensifkan. Apalagi pemilihan kepala daerah tahun depan, waktunya berdekatan dengan tahapan pemilu nasional serentak 2019. Belum lagi, daerah yang menggelar Pilkada, rata-rata adalah daerah lumbung suara.

Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri, Soedarmo mengatakan itu di Jakarta, kemarin. Menurut Soedarmo, meski tensi politik adem ayem, pihaknya secara khusus mencermati beberapa daerah yang akan menggelar Pilkada. Salah satu daerah yang fokus dicermati adalah Papua. Seperti diketahui, Papua termasuk salah satu provinsi yang akan menggelar Pilkada pada tahun depan.

” Pilkada Papua masih rawan konflik. Kalau kita lihat. Karena juga mereka ini kan karakteristik masyarakatnya. Kan itu juga dilihat dari situ, kan terdiri dari berbagai suku. Suku ini juga tidak bisa dikalahkan begitu saja. Ini yang kadang-kadang membuat permasalahan di Papua ini selalu bermunculan,” tutur Soedarmo.

Papua kata Soedarmo, karakteristiknya memang agak berbeda dibanding daerah lain. Peran suku dan kepala adat, begitu dominan. Begitu juga peran tokoh agama. Maka, untuk mencegah konflik, pihaknya intesif melakukan dialog dengan berbagai pihak. Khususnya dengan tokoh adat dan agama.

” Ini yang harus terus dilakukan sekaligus kan mengajak masyarakat ini paling tidak itu nanti bisa menerima menang dan kalah,” ujarnya.

Provinsi lain yang secara khusus dicermati, kata Soedarmo, adalah Jawa Timur. Sebagai salah satu lumbung suara terbesar, Jawa Timur jadi magnet politik nasional. Bisa dikatakan, Pilkada di Jawa Timur, menjadi barometer politik nasional. Dinamika politik di Jawa Timur menjelang Pilkada juga lebih terasa menggeliat. Namun  Soedarmo sendiri berharap, Pilkada di Jawa Timur, tensi persaingannya tidak sepanas Pilkada di Jakarta.

” Ya, Jawa Timur juga.  Kenapa Jawa Timur, di sana akan kita lihat calonnya. Calon sama-sama NU, hanya bedanya satu nahdir yang ini muslimat. Jadi genre lawannya. Tapi yang jelas kita juga mengantisipasi itulah. Jadi ya saya kira masih aman-aman saja. Enggak kayak di Jakarta,” katanya.

Soedarmo juga meminta, kepada para pendukung pasangan calon kepala daerah, untuk mengedepankan kedewasaan dalam berpolitik. Kompetisi harus berlangsung dengan sehat dan fair. Tidak dibumbui oleh kampanye hitam apalagi yang bernuansa SARA.

” Masing-masing para pendukungnya untuk tidak mengembangkan kampanye hitam, saling menjelek-jelekkan, money politik. Kita dorong untuk bisa melaksanakan kampanye yang positif yang sehat, yang kita harapkan,” ujarnya. (kemendagri/na)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *