Seperti apa rupa pesawat dengan kecepatan 26.000km/jam?

Headline, Iptek257 views

Membuat durasi penerbangan dari London ke Selandia Baru menjadi kurang dari setengah jam, mungkin terasa bertentangan dengan hukum fisika. Jack Stewart menginvestigasi konsep pesawat ultra-cepat ini.
Dalam geografi, antipode adalah titik di muka bumi yang ditarik melalui garis lurus paling jauh yang melewati perut bumi. Intinya itu adalah lokasi terjauh dari sebuah titik di muka bumi.
Di Inggris, kerap disebut titik penerbangan terjauh itu adalah ke Australia atau Selandia Baru. Durasi terbang dari London ke Auckland, Selandia Baru, dengan pesawat biasa dapat ditempuh dalam 24 jam, dengan satu kali ganti pesawat.


Nah, sekarang bayangkan pesawat yang bisa membuat durasi penerbangan jarak jauh itu, kurang dari setengah jam. Inovasi ini tentu akan merevolusi perjalanan udara. Namun, apakah perwujudan dari konsep itu akan melanggar hukum fisika, atau setidaknya aerodinamika.
Seorang peneliti menegaskan konsep itu tidak melawan hukum fisika. Dia bahkan sudah membuat konsep pesawat supersonik miliknya yang bernama the Antipode.
“Ide terbang dari New York ke London hanya dalam 20 menit, benar-benar menarik orang,” ungkap peneliti yang juga merupakan desainer asal Kanada, Charles Bombardier.
“Itu adalah konsep yang semua orang akan sukai. Sebuah alat transportasi yang bisa memindahkan kita dengan cepat.”
Bombardier memang dikenal dengan ide-idenya yang fenomenal, tetapi diiringi konsep yang meyakinkan. Berdasarkan keterangan pada lamannya di internet, the Antipode akan terbang dengan kecepatan 25.600km/jam atau dikenal dengan Mach 24. Sebagai perbandingan, pesawat Concorde dapat terbang dengan kecepatan 2.560km/jam atau Mach 2.
Pesawat ini disebutnya bisa lepas landas dari landasan terbang biasa, menggunakan pelontar roket. Pelontar ini akan mendorong pesawat hingga terbang ke ketinggian 40.000 kaki (12 kilometer), dengan kecepatan Mach 5. Sementara mesin ramjet akan mendorong pesawat terbang hingga kecepatan Mach 24.
“Saya perlu percepatan pesawat hingga ke Mach 5. Soalnya ramjet baru bisa berfungsi efisien pada kecepatan itu. Sehingga saya perlu menggunakan roket,” kata Bombardier.


Pelontar roket ini akan kembali ke landasan pacu dan bisa kembali digunakan, seperti konsep SpaceX buatan Elon Musk.
e.
Dengan konsep fantastis itu, pesawat ini lebih seperti peluru dibandingkan pesawat biasa. Jika pesawat perlu percobaan kedua untuk mendarat, maka pelontar roket dapat kembali digunakan untuk memperlambat laju pesawat.
Desain Pesawat Bombardier yang 10 kali lebih cepat dari pada Concorde ini harus dilihat secara skeptis. Dan dia sendiri mengakui itu. Pesawatnya ini hanyalah konsep, didesain untuk memancing pembicaraan terkait berbagai teknologi yang potensial. Meskipun begitu Ia sudah melihat sejumlah potensi masalah.
Konsep awal pesawat ini, yang bernama Skreemr, didesain untuk mencapai Mach 10, mengalami sejumlah kendala yang juga dialamai Concorde. Panas tinggi potensial muncul di bagian hidung dan sayap pesawat karena gesekan berkecepatan tinggi yang terjadi dengan udara.
Walau begitu, setelah mempublikasi desain dan membuat banyak orang berdiskusi, Bombardier dihubungi oleh Joseph Hazeltine, seorang insinyur di Wyle yang memberikan layanan teknis di badan antariksa AS, NASA.
Wyle mengusulkan agar pesawat ini memasukkan teknologi LPM, Long Penetration Mode atau Mode Penetrasi Panjang.
Sebagian udara akan dimasukkan ke saluran di dekat hidung pesawat. Fenomena aerodinamika yang ditimbulkannya akan mendinginkan permukaan pesawat. Sejumlah eksperimen di terowongan angin memperlihatkan bahwa uji coba ini berhasil.
Teknologi seperti LPM sayangnya tidak bisa mengurangi panas itu menjadi nol. Mesin ramjet sebenarnya juga belum pada titik bisa digunakan secara komersial. Selain itu, kecepatan pesawat super tinggi dikhawatirkan juga berdampak pada penumpang.
“Pada akhirnya ini bukan ide praktis. Ini cuma konsep,” kata Bombardier.
dara.
Namun, konsep ini setidaknya membuktikan bahwa berbagi ide, bisa mendorong berbagai perkembangan teknologi.
“Saya ingin mendapatkan dana untuk terus melakukan riset agar proyek ini terus bergerak maju,” katanya. “Saya tahu ini tak akan berujung menjadi pesawat, tapi ini mungkin bisa mendorong perkembangan berbagai teknologi baru. Jika itu terjadi, saya senang pada akhirnya bisa berkontribusi untuk masyarakat.”
Anda bisa membaca versi bahasa Inggris dari artikel ini berjudul What a 16000mph airliner might look like di BBC Future.

Sumber : http://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-38449423